Senin, 29 Juni 2009

tugas tutorial ISK bawah blok XI


ETIOLOGI ( MIKROBIOLOGI ISK)

  1. basilus gram negatif: E. coli, Klebciella, Enterobacter, Serratia, Proteus, Pseudomonas, Providentia, Morganella.
  2. Staphylococcus soprophyticus
  3. Staphylococcus epidermides
  4. Staphylococcus aureus
  5. streptococcus agalactiae
  6. enterococcus fecalis
  7. anaerob
  8. candida albikans
  9. torulopsis glabrata
  10. chlamydia trachomatis

PATOFISIOLOGI

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :

  1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.
  2. Hematogen.
  3. Limfogen.
  4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

FAKTOR RESIKO yang membuat seseorang bisa terkena ISK.


a. Salah cebok.

Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing, bisa memicu ISK. Apalagi dengan cara cebok yang salah, yaitu dari belakang ke depan. Cara cebok seperti ini sama saja menarik kotoran ke daerah vagina atau saluran kencing.

b. Kebiasaan menahan kencing.

Pada perempuan, jika menahan kencing, uretra jadi semakin pendek dan memungkinkan kuman masuk ke dalam saluran kencing. Sedangkan pada pria, meski dia menahan kencing, uretranya
tetap panjang.


c. Tidak kencing sebelum melakukan hubungan seks.

Hal ini menyebabkan uretra penuh. Jika uretranya pendek, terkena gesekan saat berhubungan seks, bisa menyebabkan kuman-kuman gampang terdorong masuk ke salurang kencing dan mengakibatkan infeksi yang disebut sistitis," jelas Sugi. Hal ini banyak terjadi pada pasangan yang baru menikah, karena itu disebut honeymooners cystitis. Keluhannya seperti kencing sakit dan anyang-anyangan.


d. Penyakit kelamin.

Yaitu berhubungan seksual dengan orang yang punya penyakit kelamin seperti penyakit kencing nanah. Hal ini akan menyebabkan infeksi pada uretra dan menghasilkan nanah. Karena itu disebut kencing nanah. Kadang-kadang pada perempuan tidak terlihat gejalanya, tidak seperti pada pria. Pada pria, 3-4 hari setelah terkena penyakit kelamin, gejalanya bisa terasa dan terlihat, seperti sakit dan mengeluarkan nanah. Karena itu, pria yang terkena penyakit kelamin bisa cepat berobat.


e. Batu di daerah saluran kencing.

Keberadaan batu di saluran kencing bisa menjadi fokus infeksi dan menyebabkan infeksi berulang. "Misalnya ada infeksi berulang pada saluran kencing, kemungkinan disebabkan adanya infeksi di batu

f. Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing

FAKTOR RESIKO ISK:

  1. laki-laki
  2. usia lanjut
  3. terdapat di ruang emergency perkotaan
  4. infeksi nosokomial
  5. kehamilan
  6. pemakaian foley kateter
  7. riwayat instrumentasi saluran kemih
  8. abnormalitas anatomik dan fungsional saluran kemih
  9. infeksi saluran kemih pada masa kanak-kanak
  10. pemakaian anti mikroba baru-baru ini
  11. keluhan lebih dari 7 hari
  12. diabetes melitus
  13. immunosupresi

FAKTOR TERJADINYA ISK REKUREN:

  1. kehamilan
  2. kelainan anatomik
  3. pemakaian difragma
  4. peningkatan aktivitas seksual
  5. peningkatan volume reside pasca berkemih
  6. penurunan daya tahan pejamu
  7. penyakit sitemik
  8. riwayat operasi uroginekologi

DIAGNOSA BANDING:

  1. infeksi saluran kemih bawah ( sistitis dan sindrom uretra akut)
  2. infeksi saluran kemih atas
  3. batu saluran kemih

MANIFESTASI KLINIS

  1. Disuria (nyeri waktu berkemih)
  2. Peningkatan frekuensi berkemih
  3. Perasaan ingin berkemih
  4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
  5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
  6. Kadang-kadang, demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
  7. hematuria
  8. nyeri pada skrotum (laki-laki)

PENCEGAHAN

  1. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing.
  2. Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rektum
  3. Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
  4. Buang air seni sesering mungkin (setiap 3 jam) untuk mengosongkan kandung kemih dan jangan menunda membuang air seni, karena perbuatan ini justru merupakan penyebab terbesar dari ISK; Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu menghindari saluran urin dari bakteri.
  5. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan dulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.
  6. Jangan cebok di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.
  7. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab

PENGOBATAN:

Antibiotik yang digunakan pada Infeksi Saluran Kemih non-komplikasi


TRIMETHOPRIM-SULFAMETHOXAZOLE

Nama Generik : Co-trimoxazole

Nama Dagang :

  1. Bactrim® (Roche),
  2. Kaftrim® (Kimia Farma),
  3. Inatrim® (Indo Farma),
  4. Primadex® (Dexa Medica),
  5. Sanprima® (Sanbe),
  6. Triminex® (Konimex)

Indikasi :

  1. Infeksi Saluran Kemih,
  2. Infeksi Saluran Pencernaa,
  3. Infeksi Saluran Pernapasan,
  4. Infeksi kulit

Kontra Indikasi :

  1. hipersensitif terhadap komponen obat, anemia megaloblastik

Bentuk Sediaan :

  1. Tablet ( 80 mg Trimethoprim – 400 mg Sulfamethoxazole)
  2. Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim – 800 mg Sulfamethoxazole )
  3. Sirup suspensi ( Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim – 200 mg Sulfamethoxazole )

Dosis :

  1. Anak diatas 2 bulan : 6-12 mg trimethoprim/ kg/ hari, terbagi dalam 2 dosis (tiap 12 jam)
  2. Dewasa : 2 x sehari 2 tablet atau 2 x sehari 1 kaplet forte

Efek Samping :

  1. mual,
  2. muntah,
  3. hilang nafsu makan,
  4. kemerahan pada kulit

Resiko Khusus :

  1. defisiensi G6PD,
  2. defisiensi asam folat,
  3. wanita hamil dan menyusui,
  4. gangguan fungsi hati,
  5. gangguan fungsi ginjal.


CIPROFLOXACIN

Nama Generik : Ciprofloxacin

Nama Dagang :

  1. Ciproxin® (Bayer),
  2. Interflox® (Interbat),
  3. Nilaflox® (Nicholas),
  4. Quidex® (Ferron),
  5. Renator® (Fahrenheit),
  6. Scanax® (Tempo Scan Pasific)

Indikasi :

  1. Infeksi Saluran Kemih,
  2. Sinusitis Akut,
  3. Infeksi Kulit,
  4. Infeksi Tulang dan Sendi,
  5. Demam Typhoid,
  6. Pneumonia Nosokomial

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau golongan quinolon lain

Bentuk Sediaan :

  1. Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750 mg);
  2. Tablet lepas lambat ( 500 mg, 1000 mg )

Dosis : Dewasa : 250 mg tiap 12 jam

Efek Samping :

  1. ruam kulit,
  2. diare,
  3. mual,
  4. muntah,
  5. nyeri perut,
  6. sakit kepala,
  7. susah tidur,
  8. jantung berdebar-debar,
  9. halusinasi

Resiko Khusus :

  1. Pasien dengan gangguan ginjal,
  2. Wanita hamil dan menyusui.
PENGOBATAN PADA KEHAMILAN

Tabel Obat – obatan yang digunakan untuk pengobatan Bakteriuri asimptomatik pada wanita hamil
Pengobatan dosis tunggal
Amoxicillin, 3 g
Ampicillin, 2 g
Cephalosporin, 2 g
Nitrofurantoin, 200 mg
Trimetoprim-sulfametoksazole, 320 / 160 mg
Pengobatan 3 hari
Amoxicillin, 500 mg 3x sehari
Ampicillin, 250 mg 4x sehari
Cephalosporin, 250 mg 2x sehari
Ciprofloxacin, 250 mg 2x sehari
Levofloxacin, 250 mg setiap hari
Nitrofurantoin, 50 – 100 mg 4x sehari, 100 mg 2x sehari
Trimetoprim-sulfametoksazole, 160 / 800 mg 2x sehari
Obat – obat lain
Nitrofurantoin, 100 mg 4x sehari, 10hari
Nitrofurantoin, 100 mg untuk 10hari bedrest
Alternative untuk pengobatan yang gagal sebelumnya
Nitrofurantoin, 100 mg 4x sehari, selama 21hari
Pengobatan untuk bakteri yang menetap atau kambuh
Nitrofurantoin, 100 mg sampai masa kehamilan berakhir

Walaupun kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari bakterinya, tetapi stasis urin dan refluk vesikoureteral dapat menjadi predisposisi infeksi pada traktus urinarius atas.


Selasa, 02 Juni 2009

tugas SL tatalaksana PDA

PENATALAKSANAAN
- Tindakan pembedahan dilakukan secara elektif (sebelum masuk sekolah)
- Tindakan pembedahan dilakukan lebih dini bila terjadi :
* Gangguan pertumbuhan
* Infeksi saluran pernafasan bagian bawah berulang
* Pembesaran jantung/payah jantung
* Endokarditis bakterial (6 bulan setelah sembuh)
- Indikasi kontra tindakan pembedahan :
* Pirau yang berbalik (dari kanan ke kiri)
* Hipertensi pulmonal
- Tindakan pembedahan ditunda minimal 6 bulan bila terjadi endokarditis
- Kateterisasi intervensi, penutupan PDA dengan :
����� * Koil Gianturco pada PDA kecil,diameter < 3 mm
����� * Amplatzer Ductal Occluder (ADO) pada PDA sedang-besar.
- Atasi secara farmakologis keadaan-keadaan yang menyertai PDA :
* Infeksi
* Payah jantung�����
* Gangguan gizi/anemia.

Terapi medikamentosa PDA pada bayi prematur :
Indikasi terapi :
- Bayi prematur umur < 1 minggu
- Terdapat tanda gagal jantung : takipnu,takikardi,kardiomegali,hepatomegali
- Ekokardiografi : terdapat PDA, LA/Ao rasio > 1,2 Obat yang dipakai : Indomethasin 0,2 mg/kg/dosis p.o atau� i.v. 1x sehari selama 3 hari berturut-turut.
Ibuprofen 10 mg/kg/dosis p.o.1 x sehari selama 3 hari berturut-turut. Syarat pemberian Indomethasin/ibuprofen : trombosit cukup,tidak ada perdarahan gastrointestinal atau tempat lain, fungsi ginjal normal.