Senin, 30 November 2009

skenario 2 blok 13

HEPATITIS VIRAL AKUT]

http://www.ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?option=com_content&view=article&id=451:hepatitis-virus-akut&catid=40:penyakit-menular&Itemid=57

Selasa, 29 September 2009

http://www.indonesiaindonesia.com/f/9918-emboli-paru/

Rabu, 22 Juli 2009

TRAUMA GINJAL

TRAUMA GINJAL

Definisi

Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam.

Etiologi dan patofisiologi

Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu
1. Trauma tajam
2. Trauma iatrogenik
3. Trauma tumpul
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman pada abdomen bagian atas atau pinggang merupakan 10 – 20 % penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens trauma iatrogenik semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal .
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis.
Ada beberapa faktor yang turut menyebebkan terjadinya trauma ginjal. Ginjal yang relatif mobile dapat bergerak mengenai costae atau corpus vertebrae, baik karena trauma langsung ataupun tidak langsung akibat deselerasi. Kedua, trauma yang demikian dapat menyebabkan peningkatan tekanan subcortical dan intracaliceal yang cepat sehingga mengakibatkan terjadinya ruptur. Yang ketiga adalah keadaan patologis dari ginjal itu sendiri.
Sebagai tambahan, jika base line dari tekanan intrapelvis meningkat maka kenaikan sedikit saja dari tekanan tersebut sudah dapat menyebabkan terjadinya trauma ginjal. Hal ini menjelaskan mengapa pada pasien yang yang memiliki kelainan pada ginjalnya mudah terjadi trauma ginjal.

Klasifikasi

Tujuan pengklasifikasian trauma ginjal adalah untuk memberikan pegangan dalam terapi dan prognosis.
Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasi oleh Federle :
Grade I
Lesi meliputi
· Kontusi ginjal
· Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem pelviocalices
· Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang)
75 – 80 % dari keseluruhan trauma ginjal

Grade II
Lesi meliputi
· Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus sehingga terjadi extravasasi urine
· Sering terjadi hematom perinefron
Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla
10 – 15 % dari keseluruhan trauma ginjal

Grade III
Lesi meliputi
· Ginjal yang hancur
· Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal
5 % dari keseluruhan trauma ginjal

Grade IV
Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu
· Avulsi pada ureteropelvic junction
· Laserasi dari pelvis renal

KELUHAN DAN GEJALA KLINIK

Pada trauma tumpul dapat ditemukan adanya jeja di daerah lumbal, sedangkan pada trauma tajam tampak luka.
Pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah lumbal, ketegangan otot pinggang , sedangkan massa jarang teraba. Massa yang cepat menyebar luas disertai tanda kehilangan darah merupakan petunjuk adanya cedera vaskuler.
Nyeri abdomen umumya ditemukan di daerah pinggang atau perut bagian atas , dengan intenitas nyeri yang bervariasi. Bila disertai cedera hepar atau limpa ditemukan adanya tanda perdarahan dalam perut. Bila terjai cedera Tr. Digestivus ditemukan adanya tanda rangsang peritoneum.

Fraktur costae terbawah sering menyertai cedera ginjal. Bila hal ini ditemukan sebaiknya diperhatikan keadaan paru apakah terdapat hematothoraks atau pneumothoraks?
Hematuria makroskopik merupakan tanda utama cedera saluran kemih. Derajat hematuria tidak berbanding dengan tingkat kerusakan ginjal. Perlu diperhatikan bila tidak ada hematutia, kemungkinan cedera berat seperti putusnya pedikel dari ginjal atau ureter dari pelvis ginjal.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda shock.

DIAGNOSTIK RADIOLOGI

Ada beberapa tujuan pemeriksaan radiologis pada pasien yang dicurigai menderita trauma ginjal, yaitu
1. Klasifikasi beratnya trauma sehingga dapat dilakukan penenganan yang tepat dan menentukan prognosisnya
2. Menyingkirkan keadaan ginjal patologis pre trauma
3. Mengevaluasi keadaan ginjal kontralateral
4. Mengevaluasi keadaan organ intra abdomen lainnya

Pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
Grade I
· Hematom minor di perinephric , pada IVP, dapat memperluhatkan gambaran ginjal yang abnomal
· Kontusi dapat terlihat sebagai massa yang normal ataupun tidak
· Laserasi minor korteks ginjal dapat dikenali sebagai dfek linear pada parenkim atau terlihat mirip dengan kontusi ginjal
· Yang lebih penting, pencitraan IVP pada pasien trauma ginjal grade I dapat menunjukkan gambaran ginjal normal. Hal ini tidak terlalu menimbulkan masalah karena penderit grade I memang tidak memerlukan tindakan operasi .
· Pada CT Scan, daerah yang mengalami kontusi terlihat seperti massa cairan diantara parenkim ginjal

Grade II
· Pada IVP dapat terlihat extravasasi kontras dari daerah yang mengalami laserasi
· Extravasasi tersebut bisa hanya terbatas pada sinus renalis atau meluas sampai ke daerah perinefron atau bahkan sampai ke anterior atau posterior paranefron.
· Yang khas adalah, batas ;uar ginjal terlihat kabur atau lebih lebar.
· Dengan pemeriksaan CT Scan , fraktur parenkim ginjal dapat terlihats
· Akumulasi masif dari kontras, terutama pada ½ medial daerah perinefron, dengan parenkim ginjal yang masih intak dan nonvisualized ureter, merupakan duggan kuat terjadinya avulsi ureteropelvic junction

Grade III
· Secara klinis pasien dalam kadaan yang tidak stabil. Kdang kadang dapat terjadi shock dan sering teraba massa pada daerah flank.dapt diertai dengan hematuria.
· Bila pasien sudah cukup stabil, dapat dilakukan pemeriksaan IVP, dimana terlihat gangguan fungsi ekskresi baik parsial maupun total
· Ada 2 tipe lesi pada pelvis renalis yaitu trombosis A.Renalis dan avulsi A. Renalis. Angiografi dapat memperlihtkan gambaran oklusi A.Renalis.
· Viabilitas dari fragmen ginjal dapat dilihat secara angiografi. Arteriografi memperlihatkan 2 fragmen ginjal yang terpisah cukup jauh.fragmen yang viabel akan terlihat homogen karena masih mendapat perfusi cukup baik. Fragmen diantaranya berarti merupaka fragmen yang sudah tidak viable lagi.

Grade IV
· Grade IV meliputi avulsi dari ureteropelvic junction.
· Baik IVP maupun CT Scan memeperlihatkan adanya akumulasi kontras pada derah perinefron tanpa pengisian ureter.
Sebagai kesimpulan, sampai sekarang belum ada pembatasan yang jelas kapan seorang penderita yang diduga trauma ginjal memerlukan IVP atau CT Scan sebagai pemeriksaan penunjangnya. Keputusan tersebut harus didasarkan kepada pemeriksaan manakah yang lebih tersedia.
CT San biasanya diambil sebagai pemeriksaan penunjang pertama pada psien yang mengalami trauma multiple organ intra abdomen, dan pasien yang diduga trauma ginjal Grade III atau IV.
CT Scan berfungsi sebagai pemeriksaan kedua setelah IVP pada pasien yang pada IVP memperlihtkan gambaran kerusakan luas parenkim ginjal dan pasien yang keadaan umumnya menurun.

TERAPI DAN PROGNOSIS

Lesi minor, grade 1, biasanya diobati secara konservatif. Pengobatan konservatif tersebut meliputi istirahat di tempat tidur, analgesik untuk menghilangkan nyeri, serta observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi lokal, kadar hemoglobin, hematokrit serta sedimen urin.
Penanganan trauma ginjal grade 2 masih menimbulkan suatu kontroversi. Penenganan secara konservatif, seperti yang dipilih oleh kebanyakan dokter, mengandalkan kemampuan normal ginjal untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Penenganan secara operatif biasanya dilakukan apabila pasien tidak memberikan respond positif terhadap pengobatan konservatif, seperti kehilangan darah yang terus bertambah, bertambah besarnya massa pada regio flank, rasa sakit yang terus menerus dan disertai dengan adanya demam. Pengecualian dari indikasi diatas adalah oklusi pada A. Renalis ( grade 3 ). Tindakan konservatif ini dilakukan untuk menghindari dilakukannya tindakan nephrektomi. Sedangkan dokter yang memilih tindakan operatif secara dini mengemukakan bahwa finsidens terjadinya komplikasi lanjut dapat diturunkan dengan tindakan nephrektomi.
Penanganan trauma ginjal unuk grade 3 dan 4 memerlukan tindakan operatif berupa laparotomi.

Kamis, 16 Juli 2009

KONDILOMA AKUMINATA (skenario 3 blok XI)

INFORMASI SALEP 2-4:

GENERIK: Salicylic acid 2%, sulfur 4%.

INDIKASIS: kabies, eksim, pedikulosis. Untuk mengatasi gatal-gatal, kudis, kadas, dan kutu air.

KEMASAN: Salep 5 gram

DOSIS: 3 - 4 kali sehari, dioleskan sedikit pada area yang sakit.

KONDILOMA AKUMINATA

1. DEFENISI
Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.

2. ETIOLOGI
Virus papilloma humanus. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
3. EPIDEMIOLOGI

4. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

5. MANISFESTASI KLINIS
  1. Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab.
  2. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat).
  3. Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina.
  4. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.
  5. Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol (blumkol). Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.


6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


7. TATALAKSANA

Kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi (pembekuan) atau pembedahan dengan bius lokal. Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal. Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil. Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik. Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan. Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin.


8. PENJEGAHAN

9. PROGNOSIS

tugas tutorial skenario 3 blok XI

salep 2-4:

http://www.pt-afiat.com/productdetail.php?idpro=salep24

kondiloma akuminatum:

http://www.geocities.com/HotSprings/4530/pms.htm

http://www.parenting.co.id/forum/forum_detail.asp?catid=&id=37&topicid=5195

http://www.kapanlagi.com/clubbing/showthread.php?t=53060

http://ksuheimi.blogspot.com/2008/06/tumor-jinak-pada-alat-genital.html

http://74.125.153.132/search?q=cache:sdd8uTp-eH4J:repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/3372.pdf+kondiloma+akuminatum&cd=19&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://medicastore.com/penyakit/245/Kutil_Genitalis_Kondiloma_Akuminata.html

sirkumsisi:

tujuan
http://www.scribd.com/doc/12863515/HUBUNGAN-PENYEMBUHAN-LUKA-DENGAN-USIA-ANAK-PADA-PASIEN-SIRKUMSISI-POLIKLINIK-BEDAH-MINOR-RSUD-MATARAM-PERIODE-FEBRUARI-SAMPAI-APRIL-2008-

http://www.indonesiaindonesia.com/f/46800-sirkumsisi-sunat/

dampak

kontraindikasi:
http://doktermerry.blogspot.com/2007/11/sirkumsisi.html

Rabu, 08 Juli 2009

tugas tutorial skenario 2 blok XI

DATA KB IMPLANT:

http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/susuk.htm


http://www.google.co.id/search?hl=id&q=leukorea&meta=&aq=f&oq=
PENGERTIAN
flour albus adalah keluarnya cairan dari organ reproduksi yang bukan darah. Pengeluaran cairan itu bersifat tidak normal (patologis), jika telah terjadi infeksi baik oleh bakteri, jamur, maupun parasit.
EPIDEMIOLOGI
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur.
Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan.
Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah
  1. Trikomoniasis,
  2. Vaginosis bacterial, dan
  3. Kandidiasis.
ETIOLOGI
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
  1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
  2. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
  3. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
  4. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
  5. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
A. Infeksi :
  1. Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus
  2. Jamur : Candida albicans
  3. Protozoa : Trichomonas vaginalis
  4. Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus
B. Iritasi :
  1. Sperma, pelicin, kondom
  2. Sabun cuci dan pelembut pakaian
  3. Deodorant dan sabun
  4. Cairan antiseptic untuk mandi
  5. Pembersih vagina
  6. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
  7. Kertas tisu toilet yang berwarna.
C. Tumor atau jaringan abnormal lain
D. Fistula
E. Benda asing
F. Radiasi
G. Penyebab lain
  1. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
  2. Tidak dikatehui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

PATOGENESIS

GEJALA KLINIS

beberapa gejala fluor albus:

  1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri
  2. Sekret vagina yang bertambah banyak
  3. Rasa panas saat kencing
  4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
  5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

PEMERIKSAAN PENUNJANG

  1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
  2. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
  3. Sitologi vagina
  4. Kultur sekret vagina
  5. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
  6. Ultrasonografi (USG) abdomen
  7. Vaginoskopi
  8. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
  9. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
  10. Pemeriksaan PH vagina.
  11. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 %
  12. Pulasan dengan pewarnaan gram .
  13. Pap smear.
  14. Biopsi.
  15. Test biru metilen.

PENATALAKSNAAN

  1. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit.
  2. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya.
  3. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit

Tujuan pengobatan:

Menghilangkan gejala - Memberantas penyebabrnya- Mencegah terjadinya infeksi ulang- Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya.

Patologi : Tergantung penyebabnyaBerikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :

1. Candida albicans

Topikal:

  1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
  2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
  3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

Sistemik:

  1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
  2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
  3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggalPasangan seksual dibawa dalam pengobatan2.

2. Chlamidia trachomatis

  1. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
  2. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
  3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
  4. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
  5. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
  6. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari3.

3. Gardnerella vaginalis

  1. Metronidazole 2 x 500 mg
  2. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
  3. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
  4. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

4. Neisseria gonorhoeae

  1. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
  2. Amoksisiklin 3 gr im
  3. Ampisiillin 3,5 gram im atau

Ditambah :

  1. Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
  2. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
  3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
  4. Tiamfenikol 3,5 gram oral
  5. Kanamisin 2 gram im
  6. Ofloksasin 400 mg/oral

5. Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase:

  1. Seftriaxon 250 mg im atau
  2. Spektinomisin 2 mg im atau
  3. Ciprofloksasin 500 mg oral

Ditambah:

  1. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
  2. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
  3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

6. Virus herpeks simpleksBelum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

  1. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
  2. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
  3. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder

PENCEGAHAN

  1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
  2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
  3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
  4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
  5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
  6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
  7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

Senin, 29 Juni 2009

tugas tutorial ISK bawah blok XI


ETIOLOGI ( MIKROBIOLOGI ISK)

  1. basilus gram negatif: E. coli, Klebciella, Enterobacter, Serratia, Proteus, Pseudomonas, Providentia, Morganella.
  2. Staphylococcus soprophyticus
  3. Staphylococcus epidermides
  4. Staphylococcus aureus
  5. streptococcus agalactiae
  6. enterococcus fecalis
  7. anaerob
  8. candida albikans
  9. torulopsis glabrata
  10. chlamydia trachomatis

PATOFISIOLOGI

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :

  1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.
  2. Hematogen.
  3. Limfogen.
  4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

FAKTOR RESIKO yang membuat seseorang bisa terkena ISK.


a. Salah cebok.

Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing, bisa memicu ISK. Apalagi dengan cara cebok yang salah, yaitu dari belakang ke depan. Cara cebok seperti ini sama saja menarik kotoran ke daerah vagina atau saluran kencing.

b. Kebiasaan menahan kencing.

Pada perempuan, jika menahan kencing, uretra jadi semakin pendek dan memungkinkan kuman masuk ke dalam saluran kencing. Sedangkan pada pria, meski dia menahan kencing, uretranya
tetap panjang.


c. Tidak kencing sebelum melakukan hubungan seks.

Hal ini menyebabkan uretra penuh. Jika uretranya pendek, terkena gesekan saat berhubungan seks, bisa menyebabkan kuman-kuman gampang terdorong masuk ke salurang kencing dan mengakibatkan infeksi yang disebut sistitis," jelas Sugi. Hal ini banyak terjadi pada pasangan yang baru menikah, karena itu disebut honeymooners cystitis. Keluhannya seperti kencing sakit dan anyang-anyangan.


d. Penyakit kelamin.

Yaitu berhubungan seksual dengan orang yang punya penyakit kelamin seperti penyakit kencing nanah. Hal ini akan menyebabkan infeksi pada uretra dan menghasilkan nanah. Karena itu disebut kencing nanah. Kadang-kadang pada perempuan tidak terlihat gejalanya, tidak seperti pada pria. Pada pria, 3-4 hari setelah terkena penyakit kelamin, gejalanya bisa terasa dan terlihat, seperti sakit dan mengeluarkan nanah. Karena itu, pria yang terkena penyakit kelamin bisa cepat berobat.


e. Batu di daerah saluran kencing.

Keberadaan batu di saluran kencing bisa menjadi fokus infeksi dan menyebabkan infeksi berulang. "Misalnya ada infeksi berulang pada saluran kencing, kemungkinan disebabkan adanya infeksi di batu

f. Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing

FAKTOR RESIKO ISK:

  1. laki-laki
  2. usia lanjut
  3. terdapat di ruang emergency perkotaan
  4. infeksi nosokomial
  5. kehamilan
  6. pemakaian foley kateter
  7. riwayat instrumentasi saluran kemih
  8. abnormalitas anatomik dan fungsional saluran kemih
  9. infeksi saluran kemih pada masa kanak-kanak
  10. pemakaian anti mikroba baru-baru ini
  11. keluhan lebih dari 7 hari
  12. diabetes melitus
  13. immunosupresi

FAKTOR TERJADINYA ISK REKUREN:

  1. kehamilan
  2. kelainan anatomik
  3. pemakaian difragma
  4. peningkatan aktivitas seksual
  5. peningkatan volume reside pasca berkemih
  6. penurunan daya tahan pejamu
  7. penyakit sitemik
  8. riwayat operasi uroginekologi

DIAGNOSA BANDING:

  1. infeksi saluran kemih bawah ( sistitis dan sindrom uretra akut)
  2. infeksi saluran kemih atas
  3. batu saluran kemih

MANIFESTASI KLINIS

  1. Disuria (nyeri waktu berkemih)
  2. Peningkatan frekuensi berkemih
  3. Perasaan ingin berkemih
  4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
  5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
  6. Kadang-kadang, demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
  7. hematuria
  8. nyeri pada skrotum (laki-laki)

PENCEGAHAN

  1. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing.
  2. Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rektum
  3. Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
  4. Buang air seni sesering mungkin (setiap 3 jam) untuk mengosongkan kandung kemih dan jangan menunda membuang air seni, karena perbuatan ini justru merupakan penyebab terbesar dari ISK; Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu menghindari saluran urin dari bakteri.
  5. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan dulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.
  6. Jangan cebok di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.
  7. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab

PENGOBATAN:

Antibiotik yang digunakan pada Infeksi Saluran Kemih non-komplikasi


TRIMETHOPRIM-SULFAMETHOXAZOLE

Nama Generik : Co-trimoxazole

Nama Dagang :

  1. Bactrim® (Roche),
  2. Kaftrim® (Kimia Farma),
  3. Inatrim® (Indo Farma),
  4. Primadex® (Dexa Medica),
  5. Sanprima® (Sanbe),
  6. Triminex® (Konimex)

Indikasi :

  1. Infeksi Saluran Kemih,
  2. Infeksi Saluran Pencernaa,
  3. Infeksi Saluran Pernapasan,
  4. Infeksi kulit

Kontra Indikasi :

  1. hipersensitif terhadap komponen obat, anemia megaloblastik

Bentuk Sediaan :

  1. Tablet ( 80 mg Trimethoprim – 400 mg Sulfamethoxazole)
  2. Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim – 800 mg Sulfamethoxazole )
  3. Sirup suspensi ( Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim – 200 mg Sulfamethoxazole )

Dosis :

  1. Anak diatas 2 bulan : 6-12 mg trimethoprim/ kg/ hari, terbagi dalam 2 dosis (tiap 12 jam)
  2. Dewasa : 2 x sehari 2 tablet atau 2 x sehari 1 kaplet forte

Efek Samping :

  1. mual,
  2. muntah,
  3. hilang nafsu makan,
  4. kemerahan pada kulit

Resiko Khusus :

  1. defisiensi G6PD,
  2. defisiensi asam folat,
  3. wanita hamil dan menyusui,
  4. gangguan fungsi hati,
  5. gangguan fungsi ginjal.


CIPROFLOXACIN

Nama Generik : Ciprofloxacin

Nama Dagang :

  1. Ciproxin® (Bayer),
  2. Interflox® (Interbat),
  3. Nilaflox® (Nicholas),
  4. Quidex® (Ferron),
  5. Renator® (Fahrenheit),
  6. Scanax® (Tempo Scan Pasific)

Indikasi :

  1. Infeksi Saluran Kemih,
  2. Sinusitis Akut,
  3. Infeksi Kulit,
  4. Infeksi Tulang dan Sendi,
  5. Demam Typhoid,
  6. Pneumonia Nosokomial

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau golongan quinolon lain

Bentuk Sediaan :

  1. Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750 mg);
  2. Tablet lepas lambat ( 500 mg, 1000 mg )

Dosis : Dewasa : 250 mg tiap 12 jam

Efek Samping :

  1. ruam kulit,
  2. diare,
  3. mual,
  4. muntah,
  5. nyeri perut,
  6. sakit kepala,
  7. susah tidur,
  8. jantung berdebar-debar,
  9. halusinasi

Resiko Khusus :

  1. Pasien dengan gangguan ginjal,
  2. Wanita hamil dan menyusui.
PENGOBATAN PADA KEHAMILAN

Tabel Obat – obatan yang digunakan untuk pengobatan Bakteriuri asimptomatik pada wanita hamil
Pengobatan dosis tunggal
Amoxicillin, 3 g
Ampicillin, 2 g
Cephalosporin, 2 g
Nitrofurantoin, 200 mg
Trimetoprim-sulfametoksazole, 320 / 160 mg
Pengobatan 3 hari
Amoxicillin, 500 mg 3x sehari
Ampicillin, 250 mg 4x sehari
Cephalosporin, 250 mg 2x sehari
Ciprofloxacin, 250 mg 2x sehari
Levofloxacin, 250 mg setiap hari
Nitrofurantoin, 50 – 100 mg 4x sehari, 100 mg 2x sehari
Trimetoprim-sulfametoksazole, 160 / 800 mg 2x sehari
Obat – obat lain
Nitrofurantoin, 100 mg 4x sehari, 10hari
Nitrofurantoin, 100 mg untuk 10hari bedrest
Alternative untuk pengobatan yang gagal sebelumnya
Nitrofurantoin, 100 mg 4x sehari, selama 21hari
Pengobatan untuk bakteri yang menetap atau kambuh
Nitrofurantoin, 100 mg sampai masa kehamilan berakhir

Walaupun kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari bakterinya, tetapi stasis urin dan refluk vesikoureteral dapat menjadi predisposisi infeksi pada traktus urinarius atas.


Selasa, 02 Juni 2009

tugas SL tatalaksana PDA

PENATALAKSANAAN
- Tindakan pembedahan dilakukan secara elektif (sebelum masuk sekolah)
- Tindakan pembedahan dilakukan lebih dini bila terjadi :
* Gangguan pertumbuhan
* Infeksi saluran pernafasan bagian bawah berulang
* Pembesaran jantung/payah jantung
* Endokarditis bakterial (6 bulan setelah sembuh)
- Indikasi kontra tindakan pembedahan :
* Pirau yang berbalik (dari kanan ke kiri)
* Hipertensi pulmonal
- Tindakan pembedahan ditunda minimal 6 bulan bila terjadi endokarditis
- Kateterisasi intervensi, penutupan PDA dengan :
����� * Koil Gianturco pada PDA kecil,diameter < 3 mm
����� * Amplatzer Ductal Occluder (ADO) pada PDA sedang-besar.
- Atasi secara farmakologis keadaan-keadaan yang menyertai PDA :
* Infeksi
* Payah jantung�����
* Gangguan gizi/anemia.

Terapi medikamentosa PDA pada bayi prematur :
Indikasi terapi :
- Bayi prematur umur < 1 minggu
- Terdapat tanda gagal jantung : takipnu,takikardi,kardiomegali,hepatomegali
- Ekokardiografi : terdapat PDA, LA/Ao rasio > 1,2 Obat yang dipakai : Indomethasin 0,2 mg/kg/dosis p.o atau� i.v. 1x sehari selama 3 hari berturut-turut.
Ibuprofen 10 mg/kg/dosis p.o.1 x sehari selama 3 hari berturut-turut. Syarat pemberian Indomethasin/ibuprofen : trombosit cukup,tidak ada perdarahan gastrointestinal atau tempat lain, fungsi ginjal normal.

Minggu, 31 Mei 2009

tugas tutorial TOF

penyebab sianosis:

Karena pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, maka:

1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari kedua ventrikel.

2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.

3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang ini.

4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan.

Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi.

penyebab hipertrofi gingiva:

tatalaksana TOF:
Pada serangan sianosis, diberikan oksigen dan morfin. Untuk mencegah serangan lainnya, untuk sementara waktu bisa diberikan propanolol.
Pembedahan untuk memperbaiki kelainan jantung ini biasanya dilakukan ketika anak berumur 3-5 tahun (usia pra-sekolah). Pada kelainan yang lebih berat, pembedahan bisa dilakukan lebih awal.
Pembedahan yang dilakukan terdiri dari 2 tahap:

1. Pembedahan sementara Pembuatan shunt bisa terlebih dahulu dilakukan pada bayi yang kecil dan sangat biru, agar aliran darah ke paru-paru cukup. Shunt dibuat diantara aorta dan arteri pulmonalis. Setelah bayi tumbuh cukup besar, dilakukan pembedahan perbaikan untuk menutup kembali shunt tersebut.
2. Pembedahan perbaikan terdiri dari: - penutupan VSD - pembukaan jalur aliran ventrikel kanan dengan cara membuang sebagian otot yang berada di bawah katup pulmonalis - perbaikan atau pengangkatan katup pulmonalis - pelebaran arteri pulmonalis perifer yang menuju ke paru-paru kiri dan kanan. Kadang diantara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dipasang sebuah selang (perbaikan Rastelli).
Jika tidak dilakukan pembedahan, penderita biasanya akan meninggal pada usia 20 tahun. Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
1. Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
2. Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering
3. Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang
4. Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya
5. Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama serangan sianosis

VERSI LAIN:

1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
����� Pengobatan pada serangan sianosis
a. �Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
����������� * Membuat posisi �knee chest� atau �fetus
����������� * Ventilasi yang adekuat
b. Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau s kutan
c. �Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk mencegah asidosis metabolik
d. Bila Hb <> 10 kg : tutup VSD + reseksi infundibulum.
5. �Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. �Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. �Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis.

PEMANTAUAN
- Keadaan umum;
- Tanda utama;
- Sianosis;
- Gagal jantung;
- Radang paru;
- EKG;
- Gejala abses otak

Tatalaksana rawat jalan
1. ��Derajat I :
Medikametosa : tak perlu
Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
Kontrol : tiap bulan.

2. �Derajat II dan III :
���� Medikamentosa ;
- �Propanolol
Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
Kontrol : tiap bulan
Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.

VERSI LAIN:

PENATALAKSANAAN

Penderita baru dengan kemungkinan tetralogi Fallot dapat dirawat jalan bilamana termasuk derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun dispneu berat. Penderita perlu dirawat inap, bila termasuk derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat.

Tatalaksana penderita rawat inap

1. Mengatasi kegawatan yang ada.

2. Oksigenasi yang cukup.

3. Tindakan konservatif.


Pengobatan pada serangan sianosis

1. Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :

· Membuat posisi ”knee chest” atau ”fetus

· Ventilasi yang adekuat

2. Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau s kutan

3. Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk mencegah asidosis metabolik

4. Bila Hb <>

5. Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell diteruskan dosis rumatan 1-2 mg/kg oral


Tindakan bedah (rujukan) :

Operasi paliatif: Modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total: dilakukan pada anak BB <>

Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi infundibulum.


PEMANTAUAN

Keadaan umum;

Tanda utama;

Sianosis;

Gagal jantung;

Radang paru;

EKG;

Gejala abses otak


Tatalaksana rawat jalan

1. Derajat I :

Medikametosa : tak perlu

Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.

Kontrol : tiap bulan.

2. Derajat II dan III :

Medikamentosa ; Propanolol

Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.

Kontrol : tiap bulan

Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.


hubungan hasil lab (Hb 19 dan Ht58) dengan TOF:
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit hematokrit akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan hematokrit normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
gambaran clubbing finger:

interpretas RR 56X/menit, nafas cuping hidung dan retraksi interkostal:

Senin, 25 Mei 2009

tugas tutor syok hipovolemik

etilogi syok hipovolemik:
  1. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.

  2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 500–1000 ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000–1500 ml perdarahan.

  3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:

    1. Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.

    2. Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.

    3. Luka bakar (kombustio) dan anafilaksi

tanda-tanda syok:

  1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.

  2. Takhikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.

  3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70 mmHg.

  4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.


konsep dasar penanganan fraktur:

a. Rekognisi

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.

b. Reduksi

Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.

c. Retensi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.

d. Rehabilitasi

Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.

TANDA DAN GEJALA

1. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang

2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur

3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur

5. Tenderness/keempukan

6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)

8. Pergerakan abnormal

9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).

tatalaksana fraktur

http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/fraktur-tibia-fibula.html

Jumat, 22 Mei 2009

infark miokard akut

http://nursinglove.multiply.com/journal/item/2

Selasa, 19 Mei 2009

EKG

http://www.kursusekg-i.blogspot.com/

pemasangan CVP

http://www.scribd.com/doc/3438819/CENTRAL-VENOUSE-PRESSURE-CVP

pemasangan infus

http://www.scribd.com/doc/7959263/Prosedur-Pemasangan-Infus?autodown=pdf

kateterisasi pada uretra

http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/kateterisasi-uretra/

Kamis, 26 Februari 2009

RJP

Langkah-langkah sebelum melakukan RJP:

sebelum kita melakukan RJP pada penderita kita harus :


  1. Pastikan bahwa penderita tidak sadar

  2. Pastikan bahwa penderita tidak bernapas
  3. Pastikan bahwa nadi tidak teraba



Untuk penderita yang tidak sadar, cari denyutan nadi karotis :
  1. Letakkan dua jari di atas laring (jakun),
  2. jangan gunakan ibu jari.
  3. Geserkan jari penolong ke samping.
  4. Hentikan di sela-sela antara laring dan otot leher.

  5. Rasakan nadi. Tekan selama 5-10 detik,

  6. hindari penekanan yang terlalu keras pada arteri.
RJP untuk orang dewasa
RJP dengan satu penolong pada orang dewasa
  1. Lakukan penekanan dada dengan perbandingan 2 x tiupan diikuti 30 x penekanan dada.

  2. Buka jalan nafas, kemudian berikan 2 tiupan yang masing2 waktunya 1,5 sampai 2 detik. Pastikan kita menarik nafas yang dalam sebelum memberikan tiupan nafas.

  3. Lanjutkan sampai 4 kali putaran dari 15 tekanan dan 2 ventilasi.
RJP dengan 2 penolong pada orang dewasa.
  1. Penderita harus lurus dan terlentang, pada permukaan yang datar & padat.
  2. Jika memakai baju buka bajunya sehingga kita dapat melihat tulang dadanya.
  3. Penolong pertama berlutut pada ujung kepala penderita.
  4. Penolong kedua berlutut pada sisi kanan dada penderita.
Lalu lakukan penekanan dada :




Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu tangan diatas tangan yang lain.

Cara melakukan penekanan dada :
  1. Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm (pada orang dewasa).
  2. Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu (atau lebih tepat tubuh bagian atas) dan bukan tangan atau siku.
  3. Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh dapat tergelincir dan tekanan untuk mendorong akan hilang.
  4. Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan.
  5. Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada
  6. Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya.
  7. Jangan melepaskan tangan dari atas dada penderita.

  8. Ingat bahwa tekanan yang efektif dilakukan hanya akan mencapai 25%-30% dari sirkulasi darah normal.
Hitungan saat melakukan penekanan sebanyak 15 kali dengan tidak terlalu cepat, karena satu kali penekanan harus menggunakan waktu kurang dari detik. Setelah penekanan seperti diatas lakukan 2 kali tiupan masing-masing selama 1,5 sampai 2 detik. Untuk lebih jelasnya bisa klik link

Pemantauan

Pemantauan merupakan tanggungjawab penolong yang melakukan tiupan (ventilasi). Setelah satu menit melakukan RJP, periksa nadi penderita. Periksa 3 sampai 5 detik pada arteri karotis.
  1. Bila nadi tdk teraba dan pernapasan tidak ada teruskan RJP
  2. Bila nadi teraba,pernapasan tidak ada berikan pernapasan buatan.
  3. Bila nadi teraba dan penderita bernapas adekuat, hentikan RJP, pantau pernapasan dan nadi penderita.
Ringkasan RJP pada orang dewasa:

  1. Dalamnya kompresi 3-5 m, laju penekanan dada 80-100 kali per menit.
  2. Lama ventilasi : 1,5-2 detik

  3. Lokasi mencari nadi : arteri karotis

  4. RJP sendiri : 30 penekanan– 2 tiupan
  5. RJP berdua : 30 penekanan-2 tiupan

Tanda-tanda keberhasilan RJP:

  1. Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi).

  2. Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan cahaya).

  3. Denyut jantung kembali terdengar

  4. Reflek pernapasan spontan dapat terlihat

  5. Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal.

  6. Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya

  7. Penderita berusaha untuk menelanPenderita menggeliat atau memberontak

Sabtu, 14 Februari 2009

skenario blok IX


Endocrine, metabolic disorder and nutrition

Endocrinological disorders
IDDM 1 2 3A 3B 4
NIDDM 1 2 3A 3B 4
Complication of DM (acute and chronic) 1 2 3A 3B 4
Hypoglycemia 1 2 3A 3B 4
Diabetes incipidus 1 2 3A 3B 4
Acromegaly, gigantism 1 2 3A 3B 4
Growth hormone deficiency 1 2 3A 3B 4
Hyperparathyroidism 1 2 3A 3B 4
Hypoparathyroidism 1 2 3A 3B 4
Hyperthyroidism 1 2 3A 3B 4
Hypothyroidism 1 2 3A 3B 4
Thyroiditis ` 1 2 3A 3B 4
Cushing's disease 1 2 3A 3B 4
Adrenal cortex failure 1 2 3A 3B 4
Primary hyperaldosteroidism 1 2 3A 3B 4
Phaeochromocytoma 1 2 3A 3B 4
Precocious puberty 1 2 3A 3B 4
Testicular feminization syndrome 1 2 3A 3B 4
Hypogonadism 1 2 3A 3B 4
Adrenogenital syndrome 1 2 3A 3B 4
Addison's disease 1 2 3A 3B 4
Multiple endocrinological neoplasia (men
syndrome) 1 2 3A 3B 4
Tumor with ectopic production of hormone 1 2 3A 3B 4

Nutritional deficiency
Marasmus 1 2 3A 3B 4
Kwashiorkor 1 2 3A 3B 4
Vitamin deficiencies 1 2 3A 3B 4

Error of metabolism
Hyperlipoproteinemia 1 2 3A 3B 4
Porphyria 1 2 3A 3B 4
Gout 1 2 3A 3B 4
Obesity 1 2 3A 3B 4

Tidak sadar
1. Dehidrasi
2. Hipoglikemi
3. Hipovolemik
4. Hipertensi
5. Stroke

Mekanisme tidak sadar
Asidosis (ketosis)-->diuresis osmosis-->hipovolemik-->dehidrasi-->hantaran glukosa dan oksigen ke otak menurun-->penurunan kesadaran-->tidak sadar.

Panas tinggi
1. Infeksi
2. Heat stroke/Exercise

Mekanisme panas tinggi karena infeksi
Pirogen endogen-->sitokin (IL-1,IL-6, TNF) -->aliran darah -->hipotalamus -->PGE2-->meningkatkan setpoint(mengubah termoregulator)-->peningkatan suhu tubuh-->demam


Poliuria
1. Hipotermi
2. Stress (nervous)
3. Hiperglikemia
4. Hiperkalemia
5. Gagal ginjal
6. Banyak minum
7. Penurunan ADH (pengaruh obat deuresis)

Mekanisme poliuria karena hiperglikemia
Hiperglikemia-->nilai ambang reabsobsi glukosa 180mg/dlàGD melebihi nilai ambang-->glukosa dikeluarkan bersama urin-->poliuria

Hiperglikemiaàglukosuriaàurin reduksi +
Polidipsi
1. Dehidrasi
2. Hipertermi
3. Hipernatremia
4. Penurunan ADH (DI)
5. Gagal ginjal

Mekanisme polidipsi
Poliuriaàkompensasiàperpindahan CIS ke CESàpolidipsi
Polipagia
1. Stress
2. Metabolisme meningkat (hipertiroid)
3. Hipoglikemi
4. Hiperglikemia pada DM
5. Neoplasia pada hipotalamus (lateralàpusat makan)

Mekanisme polifagia pada hiperglikemia pada DM
Hiperglikemia-->glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel karena gangguan insulin-->sel kekurangan glukosa untuk metabolisme-->meransang pusat lapar di hipotalamus-->polifagia

Kaki bengkak dan bernanah
1. Infeksi (selulitis, gangrene, ulkus,osteomielitis, osteonecrosis dll)
2. Gangguan pembuluh darah (emboli, trombosis, hematom, dll)
3. Gangguan impuls saraf (neuropati diabetik,dll)

Mekanisme kaki bengkak karena komplikasi makrovaskular
Gangguan pembuluh darah (tersumbat)karena akumulasi lemak-->aliran darah ke perifer berkurang bahkan tidak ada-->jaringan hipoksia-->kematian jaringan
Apabila luka-->alfa globulin tidak bisa mencapai tempat luka karena gangguan pembuluh darah-->luka sukar sembuh

Nadi meningkat
1. Stress
2. Metabolisme meningkat (hipertiroid, exercise, demam, dll)
3. Hipoxia
4. Penyakit jantung (aterosklerosis)

Mekanisme nadi meningkat
RR meningkat
1. Hipertermia (demam, exercise)
2. Hipoksia
3. Penyakit jantung
4. Peningkatan keton (KAD)
5. Asma
6. Kelainan paru-paru

Mekanisme RR meningkat karena peningkatan keton
Glukoneogenesis, lipolisis-->peningkatan asam lemak serum-->sisa akhir metabolisme lemak-->keton (asam kuat dg pH 4,7)-->asidosis metabolik-->kompensasi-->tubuh berusaha mengeluarkan benda keton dari tubuh (aseton)-->salah satunya dikeluarkan melalui nafas-->nafas cepat dan dalam (kusmaull)-->RR meningkat
Benda keton meningkat-->dikeluarkan melalui urin (beta hidroksi butirat)-->ketonuria

Jantung takikardi
1. Hipoksia
2. Penyakit jantung
3. Hipotensi
4. Gangguan pembuluh darah (aterosklerosis)
5. Metabolisme meningkat

Mekanisme takikardi karena hipotensi
Hipotensi-->aliran darah berkurang-->jantung melakukan kompensasi dengan meningkatkan kerja jantung-->stroke volume meningkat-->cardiac output meningkat-->takikardi

Gula darah meningkat
1. Penurunan insulin (DM tipe I)
2. Resistensi insulin ( DM tipe II)
3. Peningkatan hormon kontra regulator insulin (katekolamin, glukagon)
4. Peningkatan hormon cortisol (cushing syndrome)
5. Peningkatan GH
6. IGF menurun (tumor hipofisis)

Mekanisme GD meningkat
Gangguan insulin dan peningkatan hormon kontraregulator-->ambilan glukosa oleh sel menurun-->kadar GD meningkat (hiperglikemia)

Leukosit meningkat
1. Infeksi
2. Leukemia
3. Autoimun

Mekanisme leukositosis karena infeksi
Infeksi-->deteksi antigen-->respon imun tubuh (peningkatan polimorfonuklear {netrofil,eusinofil,basofil})-->untuk memfagosit antigen-->leukosit meningkat

DIABETES MELITUS

1. DEFENISI
Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karekteristik hiperglikemi oleh karena kelainan sekresi insulin, resistensi insulin atau keduanya.

2. ETIOLOGI
a. Tipe I
Dekstruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut
· Autoimun
· Idiopatik

b. Tipe II
Bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai dengan defisiensi insulin sampai yang dominan

c. Tipe lain

d. DM gestational


3. PATOGENESIS
Resistensi insulin dan peningkatan hormon kontaregulator

Penurunan ambilan glukosa oleh sel

hiperglikemia

polifagia
Tekanan darah rendah
dehidrasi
takikardia
poliuria
hipovolemik
Nadi cepat
polidipsi

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Kadar gula darah tinggi
b. Poliuria sehingga dapat dehidrasi
c. Polidipsia
d. polifagia
e. Mual, muntah, dan sakit perut
f. Kesemutan
g. Gatal-gatal
h. Badan lemas

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar glukoasa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO

6. PENEGAKAN DIAGNOSA
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200mg /dl
2. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl
3. Kadar glukosa plasma pada TTGO ≥ 200 mg/dl

7. TATALAKSANA
DM tiep I
a. Insulin

DM tipe II
a. Pemicu sekresi insulin Sulfonilurea dan Glinid
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
c. Penghambat glukoneogenesis: metformin
d. Penghambat glukosidase alfa

8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Komplikasi DM meliputi :

Komplikasi akut:

1. KAD
2. Hipoglikemia
3. Hiperosmolar non ketotik

Komplikasi kronis:

Makrovaskuler
1. Pembuluh darah jantung
2. Pembuluh darah tepi
3. Pembuluh darah otak

Mikrovaskuler
1. Neoropati Diabetik
2. Nefropati Diabetik
3. Retinopati diabetik

Ketoasidosis Diabetik (KAD)

DEFINISI

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi – kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.

ETIOLOGI

Factor pencetus :
· Pada pasien KAD yang sudah ada DM dapat dikenali 80% pasien factor pencetus
· Infeksi
· Infark miokard akut, sakit jantung
· Pancreatitis akut
· Penggunaan obat golongan steroid
· Trauma, stress, kokain, surgery
· Menghentikan atau mengurangi dosis insulin
· Tidak ada intake cairan
· Stroke
· Acromegaly
· Idiopatik ( 20- 30% )
· Komplikasi kehamilan
· Kecelakaan cerebrovascular

Berdasarakan dari kasus pada scenario ini factor pencetusnya adalah infeksi yang terjadi pada kaki akibat tertusuk duri dan DM.
Pada saat infeksi kebutuhan insulin tiba- tiba meningkat-->terjadi peningkatan deficiency insulin-->memicu ketoasidosis diabetic.

Epidemiologi

· Di amerika serikat( Rochester ) menunjukkan bahwa insiden KAD sebesar 8 per 1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur. 13,4% per 1000 pasien DM per tahun untuk kelompok usia di bawah 30 tahun.

· Di Indonesia data komunitas belum ada, insiden KAD tidak sebanyak pada amerika serikat selain itu DM tipe 1 rendah, insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan terutama pada pasien DM tipe 2

· Mortality atau morbility dengan managemen cairan yang modern mortality di KAD 2% per kejadian. Sebelum ada insulin kematian 100%.

· Sex, semua bisa terkena

· KAD dapat terjadi pada umur dibawah 19 tahun tapi bisa juga terjadi pada pasien dengan DM pada semua umur

PATOGTENESIS

Glukagon ↑
Insulin ↓

Jaringan lemak
Hati
Hati
Lipolisis ↑
Ketogenesis ↑
Glukoneogenesis ↑

Jaringan tepi
Penggunaan glukosa ↓

Asidosis (ketosis)
Diuresis osmotik
Hipovolemia
Dehidrasi

MANIFESTASI KLINIS
A. GAMBARAN KLINIK
Gejala dan tanda-tanda yang dapat ditemukan pada pasien KAD adalah:
-Kadar gula darah tinggi (> 200 mg/dL)
-Terdapat keton di urin
-Banyak buang air kecil sehingga dapat dehidrasi
-Mual, muntah, dan sakit perut
-Sesak nafas (nafas cepat dan dalam)
-Nafas berbau aseton
-Badan lemas
-Kesadaran menurun sampai koma

B. KOMPLIKASI
Komplikasi dari ketoasidosis diabetik:
-Syok hipovolemik
-Edema paru (retensi natrium)?
-Hipertrigliseridemia
-Infark miokard akut

Penegakan Diagnosa :
1. Kadar glukosa darah > 250 mg %
2. Ph<7,35> 300 mg/dl
2. Keton > 3 ml /l
3. Asidosis bicarbonat < kg="8,4" bb =" 2n" n =" umur" tb =" 6n" n =" umur" u =" 5,8/3" nchs =" National" bb =" 1,93/9,1" u =" 72/3" tb =" 5,8/72">4,00 (>7,75)


7
6
5
4
3
2
1
0

Skor 0-3 = marasmus
Skor 4-8 = marasmik – kwashiorkor
Skor 9-15 = Kwashiokor

TATALAKSANA
Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di Rumah Sakit terdapat 5 (lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan:
A. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama)
B. Pengobatan penyakit penyerta
C. Kegagalan pengobatan
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
E. Tindakan pada kegawatan.

A. PRINSIP DASAR PENGOBATAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

Dalam proses pengobatan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu
-fase stabilisasi,
-fase transisi, dan
-fase rehabilitasi.
Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase.
Tata laksana ini digunakan pada semua penderita KEP Berat/Gizi Buruk (Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor).

LANGKAH KE-1: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama, seringkali sebagai tanda adanya infeksi. Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia ( suhu ketiak <36°c/suhu>36,5°C, bila memakai pemanas ukur setiap 30 menit
- Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam hari
- Raba suhu anak
- Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia.

Pencegahan:
- Segera beri makan / formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6).
- Sepanjang malam selalu beri makan
- Selalu diselimuti dan hindari keadaan basah (baju, selimut, alas tempat tidur)
- Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu lama).


LANGKAH KE-3: PENGOBATAN/PENCEGAHAN DEHIDRASI

Jangan menggunakan “jalur intravena / i.v.” untuk rehidrasi kecuali pada keadaan syok/renjatan. Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan perlahan-lahan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. (Lihat penanganan kegawatan).
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak natrium dan kurang kalium untuk digunakan pada penderita KEP berat/gizi buruk. Sebagai pengganti, berikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition atau penggantinya, lihat lampiran 6).
Tidaklah mudah untuk memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat/gizi buruk dengan menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP berat/gizi buruk dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi:
- Cairan Resomal / pengganti sebanyak 5 ml/KgBB setiap 30 menit selama 2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik.
- Selanjutnya beri 5–10 ml/kg/jam untuk 4–10 jam berikutnya; jumlah tepat yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
- Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
- Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6).
Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan anak mulai kencing.

Pemantauan

Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½-1 jam selama 2 jam pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya.dengan memantau:
- denyut nadi
- pernafasan
- frekwensi kencing
- frekwensi diare/muntah.

Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang berkurang, perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa rehidrasi telah berlangsung, tetapi pada KEP berat/gizi buruk perubahan ini seringkali tidak terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernafasan dan denyut nadi yang cepat dan menetap selama rehidrasi menunjukkan adanya infeksi atau kelebihan cairan.
Tanda kelebihan cairan: frekwensi pernafasan dan nadi meningkat, edema dan pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut, hentikan segera pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam.
Pencegahan:
- Bila diare encer berlanjut:
- Teruskan pemberian formula khusus (langkah 6)
- Ganti cairan yang hilang dengan Resomal / pengganti (jumlah + sama)
Sebagai pedoman, berikan Resomal/pengganti sebanyak 50-100 ml setiap kali buang air besar cair
- Bila masih mendapat ASI, teruskan

LANGKAH KE-4: KOREKSI GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan.
Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati edema dengan pemberian diuretikum)
Berikan :
- Tambahan Kalium 2-4 mEq/kg BB/hari (= 150-300 mg KCl/kgBB/hari)
- Tambahkan Mg 0.3-0.6 mEq/kg BB/hari (= 7.5-15 mg MgCl2 /kgBB/hari)
- Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti)
- Siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam.

Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan tersebut pada 1 liter formula, dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg. (Lihat lampiran 6 untuk cara pembuatan larutan).

LANGKAH KE-5: PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

Pada KEP berat/gizi buruk, tanda yang biasanya menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak.
Karenanya pada semua KEP berat/gizi buruk beri secara rutin :
- Antibiotik spektrum luas
- Vaksinasi Campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah diimunisasi (tunda bila ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik.

Catatan:
Beberapa ahli memberikan metronidazol (7.5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7 hari) sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan mucosa usus dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat pertumbuhan bakteri anaerobik dalam usus halus.
Pilihan antibiotik spektrum luas:
Bila tanpa komplikasi:
Kotrimoksasol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2 x/hari selama 5 hari (2,5 ml bila berat badan <>5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:
- Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari
- Protein 4-6 gram/kgBB/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
Pemantauan setelah periode transisi:
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan :
- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
- Evaluasi kenaikan BB setiap minggu

Bila kenaikan BB:
- kurang ( <50> 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000 SI, < bb =" 70kg," tb =" 160cm," bb =" 70kg," tb =" 160cm," 2="27,34kg/m2" bb =" [" bb =" [" bb =" TB" bb =" TB"> 160 cm
TB = 160 cm ???

BMI Ny. Luna
BMI = 70 kg
1.62
= 27.34
Ny. Luna-->obesitas I

Kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh nyonya luna:

Harris benedick
Langkah Menentukan Kebutuhan Energi
-Tentukan BMR
-Tentukan kebutuhan energi untuk aktifitas fisik
-Tentukan faktor berat badan

Kebutuhan energi basal
BEE = 655,1 + ( 9,563 X kg BB ) + (1,850 X cm TB ) – ( 4,676 X Umur )
= 655,1 + ( 9,563 X 70 kg ) + (1,850 X 160 cm ) – ( 4,676 X 35 tahun )
= 1456,85 Kkalori

Tentukan kebutuhan energi untuk aktifitas fisik
Kebutuhan Energi untuk aktifitas fisik

Aktifitas laki-laki perempuan
Sangat ringan 1,30 1,30
Ringan 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,70
Berat 2,10 2,00
= 1,55 X 1456,85
= 2258,1175 Kkalori


faktor berat badan
Kurang dari berat badan ideal = + 500 Kkalori
Berlebih dari berat badan ideal = - 500 Kkalori

Karena berlebih dari berat badan normal, maka dikurangi 500
= 2258,1175 Kkalori – 500
= 1758,1175 Kkalori

Kebutuhan protein, Lemak dan Karbohidrat
Kebutuhan Protein
Kebutuhan Protein = 10-15% dari total kebutuhan energi total
= 10% x 1758,1175 Kkalori
= 175,811 / 4
= 43,95 gram

Kebutuhan Lemak
Kebutuhan Lemak = 10-25% dari total kebutuhan energi total
= 20% x 1758,1175 Kkalori
= 351,62 / 9
= 39,067 gram

Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan Karbohidrat = 60-75% dari total kebutuhan energi total
= 70% x 1758,1175 Kkalori
= 1230,68 / 4
= 307,67 gram

Diet Ketat – fitness 2 jam/hari

Diet ketat-->intake makanan menurun-->sumber energi KH, lemak,dan protein menurun-->jar. Tubuh lebih mengutamakan cadangan energi dari glukosa-->glikogenolisis--> cadangan glikogen menurun-->karena olahraga berat--> glikolisis (glukosa diubah menjadi asam laktat)-->tertumpuklah asam laktat diotot-->terjadi proses recovery-->olahraga setiap hari-->asam lemak akan terus tertumpuk-->regenerasi sel2 otot menjadi lebih lambat.

Ny. Luna menjalani diet ketat dengan tujuan mengurangi food intake yang masuk ke dalam tubuhnya. Berarti sumber energi karbohidrat, lemak, dan protein akan berkurang. Dengan demikian cadangan energi yang tersimpan akan digunakan untuk menjalani kegiatan sehari-harinya.
Jaringan tubuh lebih mengutamakan penggunaan cadangan energi berbentuk yang berbentuk dan akan berbentuk glukosa karena glukosa adalah sumber energy yang paling ramah lingkungan dalam tubuh. Glukosa tidak memiliki efek samping seperti sampah nitrogen yang dihasilkan protein dan benda keton yang dihasilkan oleh lemak.

Diet ketat
glikogen↓
breakdown
Glucagon↑
Food intake↓
glukosa↑

Dengan demikian, cadangan glikogen Ny. Luna akan berkurang, tetapi akan kembali ke keadaan stabil setelah mencapai titik tertentu, karena Ny. Luna tetap memiliki food intake dan hanya dikurangi dan dibatasi.
Ny. Luna akan kembali berada pada kondisi homeostasis, tetapi yang menjadi masalah adalah Ny. Luna juga melakukan olahraga berat selama 1 jam per hari. Cadangan glikogen yang disimpan di otot akan segera digunakan saat ia berolahraga, dan cadangan di hati akan digunakan saat melakukan aktivitas sehgari-hari. Pada penggunaan glukosa. Ny. Luna melakukan olahraga berat, memerlukan energy yang cepat saji. Dilakukanlah glikolisis tanpa memasuki siklus asam sitrat. Setelah 1 molekul glukosa memasuki siklus tahap glikolisis, asam piruvat sebagai produk dari glikolisis tersebut akan menunggu oksigen untuk memasuki siklus asam sitrat. Diduga oksigen tersedia karena Ny. Luna melakukan olahraga berat sehingga pasokan oksigen kurang. Akibatnya ada asam piruvat yang dapat memasuki siklus asam sitrat dan ada yang tidak bisa. Ditambah lagi dengan alasan bahwa Ny. Luna memerlukan energy ATP dalam waktu yang cepat, asam piruvat akan mengikat atom H dari molekul NADH dan melalui reaksi laktat dehidrogenase akan menjadi asam laktat. Sebagai efek sampingnya, asam laktat berkumpul di otot.
O2↓↓
Asam Laktat Asam Piruvat Glikolisis

NAD NADH + H
Tubuh Ny. Luna Akan mentolerir keadaan ini dengan adanya fase recover bagi sel-sel otot minimal satu hari setelah olahraga berat. Namun, Ny. Luna melakukan olahraga berat setiap hari sehingga asam laktat akan terus bertumpuk dan regenerasi sel-sel ototnya akan menjadi lebih lambat.
Diet ketat menyebabkan kadar glukosa akan terus menurun, sehingga tubuh menggunakan cadangan energy lemak dan protein untuk aktivitas hari-hari dan melakukan olahraga berat. Lemak akan dibakar untuk mendapatkan ATP sebagai sumber energi melalui glukoneogenesis.
Lipid gliserol Glyceraldehid posfat glikolisis asam piruvat

Siklus Krebs Asetil KoA
Sebagai efek sampingnya, kadar benda keton akan meningkat. Peningkatan mobilisasi lemak sebagai sumber energy menyebabkan pengurangan jaringan lemak dan komponennya. Terjadi peningkatan sekresi glukokortikoid dan pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa.
Selain lemak, jaringan protein juga digunakan sebagai sumber energy. Ditambah lagi Ny.Luna melakukan olahraga berat. Saat melakukan olahraga berat, tubuh cenderung menggunakan sumber energy berupa protein. Energy yang digunakan sebagai sumber energy akan menyisakan sampah nitrogen sebagai hasil sampingannya. Sampah nitrogen yang terus bertumpuk akan diubah menjadi urea dan dibuang melalui ginjal bersama urin.

Jamu pelangsing

Ny. Luna mengkonsumsi obat/ jamu pelangsing bertujuan membantu program penurunan berat badannya. Obat pelangsing berfungsi mencegah atau mengurangi kemampuan absorbsi terhadap lemak pada saluran pencernaan. Dengan begitu input lemak yang berperan besar dalam peningkatan bereat badan, akan berkurang dan cadangan lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa juga akan berkurang.
Efek Samping:
· Pada obat pelangsing yang mengandung tiroksin menyebabkan terganggunya kestabilan hormone.
· Obat yang mengandung ekstasi menyebabkan susah tidur sehingga daya tahan tubuh akan berkurang, imunitas terganggu dan mudah terserang penyakit.
· Yang megandung amfetamin dapat menyempitkan pembuluh darah.
· Ada pula yang mengandung diuretic, menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil dan mengganggu kesehatan ginjal.
· Obat pelangsing juga dapat menyebabkan gangguan emosi, hiperaktivitas, perut kembung, keletihan terus-menerus, depresi, gemetar, kesuburan terganggu, mengganggu siklus menstruasi, dan juga dapat menyebabkan menopause dini.

Manifestasi Klinis

Selama dan setelah menjalani 3 resep yang diberikan temannya tentang program penurunan berat badan, Ny. Luna merasakan timbulnya beberapa manifestasi klinik:

1. Buang air kecil lebih sering dari biasanya

Obat pelangsing yang mengandung diuretik-->reabsorbsi air di dalam ginjal menurun-->urin lebih cepat terkumpul dalam VU-->diuresis meningkatßjuga dipengaruhi oleh penekanan ADH.

Dalam artian jumlah urin yang dikeluarkan dalam sehari lebih dari biasanya. Batas normal pengeluaran urin dalam 1 hari adalah sekitar 1-1.5 liter. Yang menjadi penyebab bisa saja akibat diet ketat dan olahraga berat yang dilakukan oleh Ny. Luna. Penggunaan protein sebagai sumber energy say olahraga berat karena cadangan glukosa yang menurun akibat diet ketat, menyebabkan kadar sampah nitrogen lebih cepat meningkat, ditambah lagi jika obat pelangsing yang dikonsumsi oleh Ny. Luna mengandung diuretic, yang fungsinya mengurangi reabsorbsi air dalam ginjal, menyebabkan urin lebih cepat terkumpul dan sensasi ingin miktruisi lebih sering terasa sehingga Ny. Luna lebih sering buang air kecil.

2. Berat badan turun sekitar 12 kg

Intake menurun dan aktivitas meningkat-->kebutuhan glukosa untuk metabolisme tubuh tidak tercukupi-->glikogenolisis-->glukoneogenesis( lipolisisàproteolisis) -->BB menurun.

Pengurangan jaringan adiposa dan cadangan energy lain yang praktis terus-menerus digunakan setiap hari utuk olahraga berat menyebabkan penurunan berat badan. Dan juga jumlah urin yang dikeluarkan juga lebih dari biasanya mengakibatkan penurunan berat badan secara drastis, karena air merupakan komponen terbanyak penyusun tubuh manusia.

Batas penurunan berat badan adalah 0.5-1 kg per minggu atau <> 10 % (17.4%) dalam jangka waktu 2 bulan.

3. Terserang flu 2 kali dalam 3 minggu

Stress fisik dan neurologis (olahraga berat dan diet)-->kortisol meningkat-->menekan fungsi limfosit-->S. Imun menurun-->mudah terinfeksi-->salah satunya flu

Sebagai akibat dari malnutrisi yang dialami Ny. Luna, energy serta bahan dasar bagi berbagai komponen yang dibutuhkan tubuh Ny. Luna akan berkurang. Dengan melakukan olahraga berat dan diet ketat serta pengkonsumsian obat pelangsing dapat menyebabkan peningkatan kortisol dalam darah sehingga menekan produksi limfosit dan berakibat pada penurunan respon imunitas. Penurunan respon imunitas serta berkurangnya kadar antioksidan akibat dari siet ketat menyebabkan Ny. Luna mudah terserang penyakit yang menyerang daya tahan tubuh terutama flu.

4. Lemah, Gemetaran, dan Mudah Tersinggung

Asupan glukosa menurun-->glikogenolisis dan glukoneogenesis-->protein menurun--> lemah-->gemetar karena aktivitas yang berat.

Gemetar juga karena dehidrasi -->gangguan eksitabilitas neuromuskular
Keadaan hipoglikemia --> peningkatan stimulus saraf simpatis --> gemetar


Glukoneogenesis (khususnya lemak)-->lemak menurun-->proses pembentukan hormon menjadi terganggu-->hormon estrogen menurun-->mudah tersinggung.

Saat terserang flu, daya tahan tubuh Ny. Luna menurun. Olahraga berat yang tidak disertai dengan fase recovery, menyebabkan penumpukkan asam laktat, berakibat pada Ny. Luna merasakan tubuhnya lemah untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Pada saat berolahraga berat, tubuh Ny. Luna dipaksa untuk meningkatkan kadar gula dalam darah melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis. Sehingga Ny. Luna mampu melaksanakan olahraga berat. Namun setiap ia selesai berolahraga, ia merasakan tubuhnya sangat lemah. Ditambah lagi ia melakukan diet ketat, berakibat asupan nutrisi dan sumber energy aktivitas sel berkurang.

Tidak ada atau berkurangnya energy pada otot menyebabkan otot kelelahan dan dapat menyebabkan gemetar saat atau setelah mengangkat sesuatu yang berat.

Peningkatan pelepasan dan mobilisasi asam lemak sebagai sumber energy menyebabkan bahan dasar pembuatan hormon, khususnya estrogen, berkurang. Penurunan estrogen pada Ny. Luna menyebabkan gangguan emosi dan menyebabkan ia mudah tersinggung.

5. Siklus Menstruasi Tidak Teratur

Glukoneogenesis (khususnya lemak)-->lemak menurun-->proses pembentukan hormon menjadi terganggu-->hormon menstruasi menurun-->siklus menstruasi menjadi tidak teratur.

Gangguan produksi hormon sebagai akibat penggunaan lemak sebagai sumber energy, menghambat pembentukan hormone pengatur siklus menstruasi. Akibat gangguan ini siklus menstruasi menjadi tidak teratur.

TATALAKSANA

Konsultasi ahli

1. Terapi diet
2. Aktifitas fisik
— Dimulai dengan berjalan ± 30 menit 3 X seminggu dan ditingkatkan 45 menit, 5 X seminggu
— ± 100-200 kal/hari
3. Terapi perilaku
— Pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan, aktifitas fisik, manajemen stress, stimulasi kontrol, pemecahan masalah, dukungan sosial
4. Farmakoterapi
— Sibutramin dan orlistat, menghambat absorbsi lemak ± 300 %
5. Terapi bedah
— Hanya untuk pasien obes dengan IMT ≥ 40 atau ≥ 35 dengan kondisi komorbid

10 tips diet sehat
I. Mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayuran setiap hari
o Buah dan sayur ini dapat dikonsumsi sebagai snack di sela-sela makan pagi, makan siang , dan makan malam.
o Buah dapat dikonsumsi 2 kali sehari dan sayur 3 kali satu hari.
II. Makan 2 sampai 4 porsi protein setiap hari.
o Makanan sumber protein : hewani ( ikan produk dairy : susu dan telor ) dan nabati ( doya dan kacang-kacangan )
III. Makan paling sedikt ikan kaya omega 3.
IV. Kurangi konsumsi lemak, teristimewa lemak jenuh yang bersumber pada daging hewan.
o Gantikan dengan pemakaian minyak zaitun ( olive ).
o Pakai minyak olive sebagai salad dressing, pengganti mayones.
o Oilih daging atau ayam tanpa lemak.
V. Kurangi konsumsi gula secara berlebihan.
o Tambahkan gula secukupnya pada jus, atau pakai campuran buah berasa manis pada jus buah dengan rasa asam.
o Ganti minuman bersirup dengan air putih atau the tawar.
o Minuman bersoda yang mengandung kadar gula yang tinggi.
VI. Pilih bahan karbohidrat yang kaya serat seperti roti wholemeal dan sereal wholegrain
VII. Minum banyak air (1, 75 liter/hari ) sekitar 6-8 gelas sehari.
VIII. Konsumsi 2 makanan produk dairy ( susu dan telor ) dan yoghurt rendah lemak.
IX. Kurangi pemakaian garam terutama garam meja.
X. Kurangi konsumsi makanan cepat saji/fast food sampai kurang dari seminggu sekali.
o Fast food banyak mengandung lemak jenuh dan terdapat sedikit nutrisi penting, seperti serat, vitamin, mineral (terutama kalsium ).

Saran Untuk Ny. Luna

Ny. Luna telah mengalami malnutrisi tetapi ia telah mendapatkan keinginannya untuk menurunkan berat badan. Untuk itu diperlukan saran yang dapat mengurangi manifestasi klinik yang dialami oleh Ny. Luna dan menjaga agar berat badannya tidak naik kembali.
1. Daya tahan tubuh Ny. Luna telah menurun, untuk itu ia perlu mengkonsumsi multivitamin dalam dosis yang tepat.
2. Ny. Luna harus memasuki fase recovery dengan menghentikan olahraga berat yang dilakukannya.
3. Ny. Luna dapat memeriksakan diri ke laboratorium untuk diperiksa nutrisi apa yang kurang dan dibutuhkan tubuhnya saat ini.
4. Setelah memeriksakan diri, Ny. Luna dapat mengatur pola makannya, dan tidak perlu melakukan diet ketat untuk menjaga berat badannya.
5. Ny. Luna juga harus menghentikan pengkonsumsian obat-obatan pelangsing.
6. Untuk kedepannya, Ny. Luna dapat berkonsultasi kepada seoarng ahli jika ingin melaksanakn program penurunan berat badan. Jika mendapat informasi tentang program penurunan berat badan, sebaiknya dikonfirmasikan dulu kepada orang yang ahli di bidang tersebut.
7. Ny. Luna harus percaya diri dengan dirinya sendiri dan harus percaya dan yakin bahwa suaminya akan menerima dirinya apa adanya dan akan selalu mencintainya.