Rabu, 22 Juli 2009

TRAUMA GINJAL

TRAUMA GINJAL

Definisi

Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam.

Etiologi dan patofisiologi

Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu
1. Trauma tajam
2. Trauma iatrogenik
3. Trauma tumpul
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman pada abdomen bagian atas atau pinggang merupakan 10 – 20 % penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens trauma iatrogenik semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal .
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis.
Ada beberapa faktor yang turut menyebebkan terjadinya trauma ginjal. Ginjal yang relatif mobile dapat bergerak mengenai costae atau corpus vertebrae, baik karena trauma langsung ataupun tidak langsung akibat deselerasi. Kedua, trauma yang demikian dapat menyebabkan peningkatan tekanan subcortical dan intracaliceal yang cepat sehingga mengakibatkan terjadinya ruptur. Yang ketiga adalah keadaan patologis dari ginjal itu sendiri.
Sebagai tambahan, jika base line dari tekanan intrapelvis meningkat maka kenaikan sedikit saja dari tekanan tersebut sudah dapat menyebabkan terjadinya trauma ginjal. Hal ini menjelaskan mengapa pada pasien yang yang memiliki kelainan pada ginjalnya mudah terjadi trauma ginjal.

Klasifikasi

Tujuan pengklasifikasian trauma ginjal adalah untuk memberikan pegangan dalam terapi dan prognosis.
Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasi oleh Federle :
Grade I
Lesi meliputi
· Kontusi ginjal
· Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem pelviocalices
· Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang)
75 – 80 % dari keseluruhan trauma ginjal

Grade II
Lesi meliputi
· Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus sehingga terjadi extravasasi urine
· Sering terjadi hematom perinefron
Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla
10 – 15 % dari keseluruhan trauma ginjal

Grade III
Lesi meliputi
· Ginjal yang hancur
· Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal
5 % dari keseluruhan trauma ginjal

Grade IV
Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu
· Avulsi pada ureteropelvic junction
· Laserasi dari pelvis renal

KELUHAN DAN GEJALA KLINIK

Pada trauma tumpul dapat ditemukan adanya jeja di daerah lumbal, sedangkan pada trauma tajam tampak luka.
Pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah lumbal, ketegangan otot pinggang , sedangkan massa jarang teraba. Massa yang cepat menyebar luas disertai tanda kehilangan darah merupakan petunjuk adanya cedera vaskuler.
Nyeri abdomen umumya ditemukan di daerah pinggang atau perut bagian atas , dengan intenitas nyeri yang bervariasi. Bila disertai cedera hepar atau limpa ditemukan adanya tanda perdarahan dalam perut. Bila terjai cedera Tr. Digestivus ditemukan adanya tanda rangsang peritoneum.

Fraktur costae terbawah sering menyertai cedera ginjal. Bila hal ini ditemukan sebaiknya diperhatikan keadaan paru apakah terdapat hematothoraks atau pneumothoraks?
Hematuria makroskopik merupakan tanda utama cedera saluran kemih. Derajat hematuria tidak berbanding dengan tingkat kerusakan ginjal. Perlu diperhatikan bila tidak ada hematutia, kemungkinan cedera berat seperti putusnya pedikel dari ginjal atau ureter dari pelvis ginjal.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda shock.

DIAGNOSTIK RADIOLOGI

Ada beberapa tujuan pemeriksaan radiologis pada pasien yang dicurigai menderita trauma ginjal, yaitu
1. Klasifikasi beratnya trauma sehingga dapat dilakukan penenganan yang tepat dan menentukan prognosisnya
2. Menyingkirkan keadaan ginjal patologis pre trauma
3. Mengevaluasi keadaan ginjal kontralateral
4. Mengevaluasi keadaan organ intra abdomen lainnya

Pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
Grade I
· Hematom minor di perinephric , pada IVP, dapat memperluhatkan gambaran ginjal yang abnomal
· Kontusi dapat terlihat sebagai massa yang normal ataupun tidak
· Laserasi minor korteks ginjal dapat dikenali sebagai dfek linear pada parenkim atau terlihat mirip dengan kontusi ginjal
· Yang lebih penting, pencitraan IVP pada pasien trauma ginjal grade I dapat menunjukkan gambaran ginjal normal. Hal ini tidak terlalu menimbulkan masalah karena penderit grade I memang tidak memerlukan tindakan operasi .
· Pada CT Scan, daerah yang mengalami kontusi terlihat seperti massa cairan diantara parenkim ginjal

Grade II
· Pada IVP dapat terlihat extravasasi kontras dari daerah yang mengalami laserasi
· Extravasasi tersebut bisa hanya terbatas pada sinus renalis atau meluas sampai ke daerah perinefron atau bahkan sampai ke anterior atau posterior paranefron.
· Yang khas adalah, batas ;uar ginjal terlihat kabur atau lebih lebar.
· Dengan pemeriksaan CT Scan , fraktur parenkim ginjal dapat terlihats
· Akumulasi masif dari kontras, terutama pada ½ medial daerah perinefron, dengan parenkim ginjal yang masih intak dan nonvisualized ureter, merupakan duggan kuat terjadinya avulsi ureteropelvic junction

Grade III
· Secara klinis pasien dalam kadaan yang tidak stabil. Kdang kadang dapat terjadi shock dan sering teraba massa pada daerah flank.dapt diertai dengan hematuria.
· Bila pasien sudah cukup stabil, dapat dilakukan pemeriksaan IVP, dimana terlihat gangguan fungsi ekskresi baik parsial maupun total
· Ada 2 tipe lesi pada pelvis renalis yaitu trombosis A.Renalis dan avulsi A. Renalis. Angiografi dapat memperlihtkan gambaran oklusi A.Renalis.
· Viabilitas dari fragmen ginjal dapat dilihat secara angiografi. Arteriografi memperlihatkan 2 fragmen ginjal yang terpisah cukup jauh.fragmen yang viabel akan terlihat homogen karena masih mendapat perfusi cukup baik. Fragmen diantaranya berarti merupaka fragmen yang sudah tidak viable lagi.

Grade IV
· Grade IV meliputi avulsi dari ureteropelvic junction.
· Baik IVP maupun CT Scan memeperlihatkan adanya akumulasi kontras pada derah perinefron tanpa pengisian ureter.
Sebagai kesimpulan, sampai sekarang belum ada pembatasan yang jelas kapan seorang penderita yang diduga trauma ginjal memerlukan IVP atau CT Scan sebagai pemeriksaan penunjangnya. Keputusan tersebut harus didasarkan kepada pemeriksaan manakah yang lebih tersedia.
CT San biasanya diambil sebagai pemeriksaan penunjang pertama pada psien yang mengalami trauma multiple organ intra abdomen, dan pasien yang diduga trauma ginjal Grade III atau IV.
CT Scan berfungsi sebagai pemeriksaan kedua setelah IVP pada pasien yang pada IVP memperlihtkan gambaran kerusakan luas parenkim ginjal dan pasien yang keadaan umumnya menurun.

TERAPI DAN PROGNOSIS

Lesi minor, grade 1, biasanya diobati secara konservatif. Pengobatan konservatif tersebut meliputi istirahat di tempat tidur, analgesik untuk menghilangkan nyeri, serta observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi lokal, kadar hemoglobin, hematokrit serta sedimen urin.
Penanganan trauma ginjal grade 2 masih menimbulkan suatu kontroversi. Penenganan secara konservatif, seperti yang dipilih oleh kebanyakan dokter, mengandalkan kemampuan normal ginjal untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Penenganan secara operatif biasanya dilakukan apabila pasien tidak memberikan respond positif terhadap pengobatan konservatif, seperti kehilangan darah yang terus bertambah, bertambah besarnya massa pada regio flank, rasa sakit yang terus menerus dan disertai dengan adanya demam. Pengecualian dari indikasi diatas adalah oklusi pada A. Renalis ( grade 3 ). Tindakan konservatif ini dilakukan untuk menghindari dilakukannya tindakan nephrektomi. Sedangkan dokter yang memilih tindakan operatif secara dini mengemukakan bahwa finsidens terjadinya komplikasi lanjut dapat diturunkan dengan tindakan nephrektomi.
Penanganan trauma ginjal unuk grade 3 dan 4 memerlukan tindakan operatif berupa laparotomi.

Kamis, 16 Juli 2009

KONDILOMA AKUMINATA (skenario 3 blok XI)

INFORMASI SALEP 2-4:

GENERIK: Salicylic acid 2%, sulfur 4%.

INDIKASIS: kabies, eksim, pedikulosis. Untuk mengatasi gatal-gatal, kudis, kadas, dan kutu air.

KEMASAN: Salep 5 gram

DOSIS: 3 - 4 kali sehari, dioleskan sedikit pada area yang sakit.

KONDILOMA AKUMINATA

1. DEFENISI
Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.

2. ETIOLOGI
Virus papilloma humanus. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
3. EPIDEMIOLOGI

4. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

5. MANISFESTASI KLINIS
  1. Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab.
  2. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat).
  3. Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina.
  4. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.
  5. Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol (blumkol). Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.


6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


7. TATALAKSANA

Kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi (pembekuan) atau pembedahan dengan bius lokal. Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal. Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil. Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik. Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan. Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin.


8. PENJEGAHAN

9. PROGNOSIS

tugas tutorial skenario 3 blok XI

salep 2-4:

http://www.pt-afiat.com/productdetail.php?idpro=salep24

kondiloma akuminatum:

http://www.geocities.com/HotSprings/4530/pms.htm

http://www.parenting.co.id/forum/forum_detail.asp?catid=&id=37&topicid=5195

http://www.kapanlagi.com/clubbing/showthread.php?t=53060

http://ksuheimi.blogspot.com/2008/06/tumor-jinak-pada-alat-genital.html

http://74.125.153.132/search?q=cache:sdd8uTp-eH4J:repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/3372.pdf+kondiloma+akuminatum&cd=19&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://medicastore.com/penyakit/245/Kutil_Genitalis_Kondiloma_Akuminata.html

sirkumsisi:

tujuan
http://www.scribd.com/doc/12863515/HUBUNGAN-PENYEMBUHAN-LUKA-DENGAN-USIA-ANAK-PADA-PASIEN-SIRKUMSISI-POLIKLINIK-BEDAH-MINOR-RSUD-MATARAM-PERIODE-FEBRUARI-SAMPAI-APRIL-2008-

http://www.indonesiaindonesia.com/f/46800-sirkumsisi-sunat/

dampak

kontraindikasi:
http://doktermerry.blogspot.com/2007/11/sirkumsisi.html

Rabu, 08 Juli 2009

tugas tutorial skenario 2 blok XI

DATA KB IMPLANT:

http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/susuk.htm


http://www.google.co.id/search?hl=id&q=leukorea&meta=&aq=f&oq=
PENGERTIAN
flour albus adalah keluarnya cairan dari organ reproduksi yang bukan darah. Pengeluaran cairan itu bersifat tidak normal (patologis), jika telah terjadi infeksi baik oleh bakteri, jamur, maupun parasit.
EPIDEMIOLOGI
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur.
Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan.
Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah
  1. Trikomoniasis,
  2. Vaginosis bacterial, dan
  3. Kandidiasis.
ETIOLOGI
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
  1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
  2. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
  3. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
  4. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
  5. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
A. Infeksi :
  1. Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus
  2. Jamur : Candida albicans
  3. Protozoa : Trichomonas vaginalis
  4. Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus
B. Iritasi :
  1. Sperma, pelicin, kondom
  2. Sabun cuci dan pelembut pakaian
  3. Deodorant dan sabun
  4. Cairan antiseptic untuk mandi
  5. Pembersih vagina
  6. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
  7. Kertas tisu toilet yang berwarna.
C. Tumor atau jaringan abnormal lain
D. Fistula
E. Benda asing
F. Radiasi
G. Penyebab lain
  1. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
  2. Tidak dikatehui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

PATOGENESIS

GEJALA KLINIS

beberapa gejala fluor albus:

  1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri
  2. Sekret vagina yang bertambah banyak
  3. Rasa panas saat kencing
  4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
  5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

PEMERIKSAAN PENUNJANG

  1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
  2. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
  3. Sitologi vagina
  4. Kultur sekret vagina
  5. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
  6. Ultrasonografi (USG) abdomen
  7. Vaginoskopi
  8. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
  9. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
  10. Pemeriksaan PH vagina.
  11. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 %
  12. Pulasan dengan pewarnaan gram .
  13. Pap smear.
  14. Biopsi.
  15. Test biru metilen.

PENATALAKSNAAN

  1. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit.
  2. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya.
  3. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit

Tujuan pengobatan:

Menghilangkan gejala - Memberantas penyebabrnya- Mencegah terjadinya infeksi ulang- Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya.

Patologi : Tergantung penyebabnyaBerikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :

1. Candida albicans

Topikal:

  1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
  2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
  3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

Sistemik:

  1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
  2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
  3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggalPasangan seksual dibawa dalam pengobatan2.

2. Chlamidia trachomatis

  1. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
  2. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
  3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
  4. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
  5. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
  6. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari3.

3. Gardnerella vaginalis

  1. Metronidazole 2 x 500 mg
  2. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
  3. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
  4. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

4. Neisseria gonorhoeae

  1. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
  2. Amoksisiklin 3 gr im
  3. Ampisiillin 3,5 gram im atau

Ditambah :

  1. Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
  2. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
  3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
  4. Tiamfenikol 3,5 gram oral
  5. Kanamisin 2 gram im
  6. Ofloksasin 400 mg/oral

5. Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase:

  1. Seftriaxon 250 mg im atau
  2. Spektinomisin 2 mg im atau
  3. Ciprofloksasin 500 mg oral

Ditambah:

  1. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
  2. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
  3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

6. Virus herpeks simpleksBelum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

  1. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
  2. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
  3. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder

PENCEGAHAN

  1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
  2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
  3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
  4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
  5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
  6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
  7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.