Kamis, 21 Januari 2010

skenario 1 blok 14

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KOGNITIF
ANAK USIA 1 – 3 TAHUN


Oleh : Melly Latifah

Pertumbuhan ( growth) berkaitan dengan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang. Sedangkan perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ atau individu. Kedua proses ini terjadi secara sinkron pada setiap individu.


1. Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)


Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.


Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :


1. Belajar melalui pengamatan/ mengamati.

Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.


2. Meniru orang tua.

Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku orangtua.


3. Belajar konsentrasi.

Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.


4. Mengenal anggota badan.

Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Anak-anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.


5. Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu.

Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak pada usia 18 – 24 bulan.


6. Mulai mampu berimajinasi.

Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.


7. Mampu berpikir antisipatif.

Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.


8. Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata.

Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”


9. Cepat menangkap kata-kata baru.

Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.


2. Perkembangan Kognitif Anak Usia 2 – 3 Tahun (24 – 36 Bulan)


Kemampuan kognitif anak usia 2 – 3 tahun semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut :


1. Berpikir simbolik.

Anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa kata-kata, gambaran mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir simbolik adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain. Mendekati usia ketiga, kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai menggunakan obyek subtitusi dari benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun bantal- bantal sehingga menyerupai mobil dan dianggapnya sebagai mobil balap.


2. Mengelompokkan, mengurut dan menghitung.

Pada tahun ketiganya, anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk, misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang. Selain mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya dan mengetahui perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).


3. Meningkatnya kemampuan mengingat.

Kemampuan mengingat anak akan meningkat pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2 tahun, anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya. Mereka juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang disampaikan bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.


4. Berkembangnya pemahaman konsep.

Ketika mencapai usia 18 bulan, anak memahami waktu untuk pertama kalinya yaitu pemahaman “sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun, anak mulai memahami pengertian “besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian hari-hari selama seminggu di usia 3 tahun.


5. Puncak perkembangan bicara dan bahasa.

Pada usia sekitar 36 bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80% kata-kata tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.


Beberapa faktor yang mempegaruhi pertumbuhan anak :

1. Faktor heredo konstitusional ; tergantung ras, genetic, jenis kelamin dan kelainan bawaan

2. Faktor hormonal ; insulin , tiroid, hormon sex dan steroid.

3. Faktor lingkungan selama dan sesudah lahir ; gizi, trauma, sosio – ekonomi, iklim, aktivitas fisik, penyakit, dll.


TB anak perempuan = ( TB ayah – 13 cm ) + TB ibu

_________________________ ± 8,5 cm

2

TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah

__________________________ ± 8,5 cm

2



Beberapa tingkat perkembangan yang harus dicapai pada anak umur tertentu ;


1. 4-6 minggu : tersenyum spontan , dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian

2. 12-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri , menoleh ke arah suara , memegang benda yang ditaruh ditanggannya , bermain cilukba.

3. 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya

4. 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya , duduk dengan bantuan kedua tangannya ke depan , makan biskuit sendiri.

5. 9 – 10 bulan : menunjuk dengan jari , memegang benda dengan ibu jari dan jari telunjuk, merangkak , bersuara da… da…. .

6. 13 - 15 bulan : berjalan tanpa bantuan , mengucapkan kata – kata tungggal , memasukkan mainan ke dalam cangkir , bermain dengan orang lain , minum dari gelas , dan mencoret – coret.

MAKAN PADA ANAK

Panduan berikut ini menguraikan rencana yang fleksibel untuk menambahkan makanan pada pola makan bayi Anda.

5 sampai 6 Bulan

Perkenalkan sereal yang kaya besi kepada bayi. Cobalah sereal beras terlebih dahulu yang dicampur dengan sedikit ASI atau susu formula kacang kedelai, karena susu tersebut tidak menyebabkan alergi. Kemudian, berikan sereal gandum atau havermut. Kebanyakan dokter anak menyarankan untuk menunda memberikan gandum hingga anak paling tidak berusia 8 bulan, karena gandum cenderung dapat menimbulkan alergi.

6 sampai 8 Bulan

Perkenalkan sayuran. Kentang, kacang polong, wortel, dan kacang-kacangan adalah pilihan yang baik. Bahan makanan tersebut harus dimasak hingga seperti bubur.

Perkenalkan buah-buahan. Cobalah pisang dan alpukat yang dihaluskan, atau sari buah pir dan jus apel.

Perkenalkan roti. Hingga usia 8 bulan, kebanyakan bayi bisa makan roti kering, roti, dan sereal kering.

Perkenalkan makanan yang kaya protein. Juga sekitar 8 bulan, bayi mulai dapat mengasup makanan yang tinggi protein seperti tahu atau kacang-kacangan yang dimasak halus.

ANAK - ANAK DAN REMAJA

Anak-anak membutuhkan kalori dan nutrisi, tetapi perut mereka kecil. Sering-seringlah memberi cemilan kepada anak-anak, dan tambahkan beberapa makanan yang “besar” seperti jus buah dan tepung biji gandum. Bagaimanapun, jus perlu dibatasi karena anak-anak bisa kenyang karena jus, mereka senang manisnya daripada makanan yang lain.

Remaja biasanya memiliki jadwal yang sibuk dan kebutuhan energi yang tinggi. Bekali dengan cemilan pilihan yang lezat dan sehat dan arahkan mereka untuk memilih makanan yang rendah lemak apabila jajan di luar untuk menghindari masalah kelebihan berat badan dan kesehatan. Kebutuhan kalori berbeda dari anak yang satu dengan anak lainnya. Panduan berikut ini adalah panduan umum saja.

JADWAL MAKAN HARIAN PADA ANAK DAN REMAJA

Usia 1 hingga 4 Tahun


Biji-bijian, Roti tawar, Sereal: 4 takaran sajian

Sayur-sayuran: 2 – 4 sendok makan sayuran hijau, ¼ hingga ½ gelas sayuran lainnya

Kacang polong, Kacang tanah, Biji-bijian, Susu bukan dari sapi: ¼ hingga ½ gelas kacang polong, 3 takaran sajian ASI, formula kedelai, susu kedelai, atau susu bukan dari sapi lainnya

Buah: ¾ hingga 1 ½ gelas


Usia 5 hingga 6 Tahun


Biji-bijian, Roti tawar, Sereal: 6 takaran sajian

Sayur-sayuran: ¼ gelas sayuran hijau, ¼ hingga ½ gelas sayuran lainnya

Kacang polong, Kacang tanah, Biji-bijian, Susu bukan dari sapi: 1/2 hingga 1 gelas kacang, 3 takaran sajian susu kedelai, atau susu bukan dari sapi lainnya

Buah : 1 hingga 2 gelas


Usia 7 hingga 12 Tahun


Biji-bijian utuh, Roti tawar, Sereal: 7 takaran

Sayur-sayuran: 1 gelas sayuran hijau, 3 gelas sayuran lainnya

Kacang polong, Kacang tanah, Biji-bijian, Susu bukan dari sapi: 2 takaran sajian kacang polong, 3 takaran sajian susu kedelai, atau susu bukan dari sapi lainnya

Buah: 3 takaran sajian


Usia 13 hingga 19 Tahun


Biji-bijian, Roti tawar, Sereal: 10 takaran sajian

Sayur-sayuran: 1 gelas sayuran hijau, 3 gelas sayuran lainnya

Kacang polong, Kacang tanah, Biji-bijian, Susu bukan dari sapi: 3 takaran sajian kacang polong, 2–3 takaran sajian susu kedelai, atau susu bukan dari sapi lainnya

Buah : 4 takaran sajian

Pastikan ada tambahan sumber vitamin B12, seperti multivitamin untuk anak-anak atau sereal atau susu kacang yang kaya akan vitamin.


MENU CONTOH

Usia 1 hingga 4 Tahun


Sarapan Pagi: Bubur gandum dengan selai apel, jus jeruk yang kaya kalsium

Makan Siang: Buncis dan mentega dengan wijen yang ditaburkan pada keripik, pisang, susu kedelai, potongan wortel

Makan Malam: Jagung, ubi, sayuran yang direbus, susu kedelai

Kudapan: Pir, Cheerios, susu kedelai


Usia 4 hingga 6 Tahun


Sarapan Pagi: Sereal biji-bijian dengan pisang dan susu kedelai, jus jeruk

Makan Siang: Sandwich salad tahu, jus apel, potongan wortel, Kue gandum

Maka Malam: Kacang dengan “hot dog” kedelai, kentang bakar, bayam, susu kedelai, salad buah

Kudapan: campuran manisan, roti, susu kedelai


Usia 7 hingga 12 Tahun


Sarapan Pagi : Jus pisang dan strawberi, roti panggang dengan mentega almond, jus jeruk yang kaya kalsium

Makan Siang: Hearty Chili Mac, salad hijau, roti tawar

Makan Malam: Brokoli kukus dengan ragi yang bernutrisi, wortel kukus, kentang oven, apel, susu kedelai

Kudapan: Popcorn, buah, es krim kedelai


Usia 13 hingga 19 Tahun


Sarapan Pagi: Roti kering dengan mentega apel, pisang, jus jeruk yang kaya kalsium

Makan Siang: Kacang burrito dengan selada, tomat, nasi

Makan Malam: Brokoli, wortel, jus jeruk, jamur, mentega kacang

Kudapan: Wrtel muda, buah


PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK

Kesulitan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, dari bayi baru lahir sampai akhir masa anak (sekitar usia 18 tahun). Jenis dan penyebabnya dapat berlainan, juga derajat dan lamanya.

Kesulitan makan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara garis besar dapat dibedakan dalam 3 kelompok sebagai berikut:

1. Faktor nutrisi

2. Faktor penyakit

3. Faktor psikologis



Faktor nutrisi sebagai penyebab kesulitan makan pada anak

Usia sampai 1 tahun

Pada masa ini, umumnya penyebab kesulitan makan adalah hal yang bersifat teknis berkaitan dengan keterampilan makan. Yaitu menyusu untuk mendapat ASI atau menghisap susu botol untuk mendapat susu formula, ataupun ketrampilan mengkonsumsi berbagai jenis makanan bayi lainnya. Kesulitan pada saat awal pemberian makanan padat disebabkan karena mengisap susu dari puting ibu atau dari dot dengan makan dari sendok merupakan dua hal yang berbeda. Ketika minum dari puting susu atau dot, bayi akan menjulurkan lidahnya untuk menjilat dan kemudian menghisap saat ia menyentuh puting atau dot. Sementara bila makan dari sendok, ia harus memindahkan makanan dari bagian depan mulutnya ke balik lidahnya, mengunyahnya, kemudian menelannya. Oleh sebab itu, pada awal pemberian makan dengan sendok, bayi masih sering menjulurkan lidahnya ketika sendok menyentuh lidahnya. Disinilah orangtua sering menganggap bahwa bayi melepeh makanannya. Anggapan ini tidaklah benar, yang benar adalah bayi membutuhkan waktu untuk melatih kemampuan makan dari sendok.

Beberapa hal lain yang sering menjadi penyebab kesulitan makan pada kelompok umur ini adalah:

· Cacat/kelainan bawaan pada mulut

· Manajemen pemberian ASI yang kurang benar

· Usia pemberian makan tambahan yang kurang tepat (terlalu dini/terlambat)

· Pemilihan makanan yang kurang sesuai dengan tahap perkembangan bayi

· Jadwal pemberian makan yang ketat, kurang sesuai dengan rasa lapar dan haus

· Cara pemberian makan yang kurang tepat (dipaksa)

· Masalah alergi makanan

Usia 1 – 5 tahun

Masalah makan anak balita berbeda dengan bayi, karena telah terjadi perkembangan dalam cara mengkonsumsi makanan. Peranan mengisap untuk mendapatkan makanan tunggal lengkap (ASI/ susu formula) secara berangsur-angsur digantikan oleh ketrampilan makan untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan padat dan minuman. Kelompok ini disebut konsumer semi pasif / semi aktif. Disamping itu ruang gerak anak menjadi lebih luas dan interaksi dengan lingkungan lebih banyak sehingga anak lebih mudah terpapar kuman-kuman dan zat-zat penyebab penyakit. Pada kelompok umur ini penyebab kesulitan makan terbanyak adalah penyakit infeksi seperti infeksi saluran napas akut, infeksi saluran kemih, cacing, dll.

Anak usia sekolah (6–12 tahun) dan remaja

Selain penyakit masih menjadi penyebab kesulitan makan, penyebab lainnya adalah kurangnya waktu atau kesempatan makan. Umumnya mereka lebih sibuk untuk bermain dan belajar, sehingga sering melupa-kan atau mengabaikan waktu makan. Disamping itu untuk anak gadis usia 10–12 tahun faktor kejiwaan mulai berperan. Kesulitan makan dilakukan dengan sengaja, yaitu mengurangi makan untuk mengurangi berat badan dan mencapai penampilan diri tertentu.

Faktor Penyakit penyebab kesulitan makan pada anak

Berbagai macam unsur fisik terlibat dalam proses makan, yaitu sistem saluran pencernaan, khususnya unsur - unsur dalam rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah dan tenggorok; sistem saraf dan otak; sistem hormonal/endokrin dan enzim yang berkaitan dengan penerimaan makanan dan proses metabolisme tubuh.

Oleh karena itu, jika terdapat kelainan atau penyakit pada unsur-unsur organik tersebut, pada umumnya akan disertai dengan terdapat-nya gangguan/kesulitan makan. Secara praktis penyebab tersebut dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kelainan/penyakit pada gigi geligi dan unsur-unsur lain dalam rongga mulut, yaitu:

· Kelainan bawaan: misalnya labioschizis (bibir sumbing), frenulum lidah pendek, makroglosia, dll.

· Penyakit infeksi : misalnya stomatitis, gingivitis, tonsilitis,dll.

· Kelainan/penyakit neuromuskuler : paresis / paralisis lidah dan otot-otot sekitar farings dan larings.

2. Kelainan/penyakit pada bagian lain saluran cerna :

· Berbagai macam kelainan bawaan, misalnya: atresia esofagus, akalasia,dll.

· Penyakit infeksi akut dan kronis, misalnya diare akut / kronis, infeksi cacing.

3. Penyakit infeksi pada umumnya :

· Akut : infeksi saluran napas atas atau bawah

· Kronis : tuberkulosis paru, malaria

4. Penyakit/kelainan non infeksi :

· Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna : penyakit jantung bawaan, sindroma Down.

· Penyakit neuromuskuler : palsi serebral

· Penyakit keganasan

· Penyakit hematologi : anemia, leukimia

· Penyakit metabolik/endokrin : diabetes melitus

· Penyakit kardiovaskuler



Faktor Psikologis penyebab kesulitan makan pada anak

Selain karena faktor fisik, masalah sulit makan pada anak juga dapat disebabkan karena proses perkembangan selera dan kemampuan makannya yang berkembang sejalan dengan perkembangan organ-organ fisik termasuk sistem pencernaannya. Di sinilah sering timbul masalah sulit makan yang kerap kali dibarengi dengan gangguan psikologis.

Mengisap puting susu bagi bayi merupakan kebutuhan utamanya. Di samping ia mendapat makanannya, mengisap puting susu juga merupakan sumber kenyamanan dan rasa aman bagi bayi. Namun ada kalanya bayi tidak mau menyusu. Di samping karena gangguan fisik, mungkin hal ini disebabkan suasana hati ibu yang sedang tidak enak. Suasana hati ibu dapat mempengaruhi refleks pengaliran susu, sehingga susu yang keluar hanya sedikit, akibatnya bayi kesal dan tak mau menyusu. Waktu dan suasana sekitar saat menyusui juga dapat mempengaruhi keinginan bayi untuk menyusu. Bayi usia 3 bulan sangat mudah terpengaruh oleh pemandangan atau suara di ruangan tempat ia menyusu. Karenanya, susuilah bayi di ruangan yang tenang dengan cahaya temaram. Dapat pula diputarkan lagu-lagu lembut yang menimbulkan rasa tenang, baik bagi ibu maupun bayi. Selain itu susui bayi dalam posisi yang nyaman bagi bayi dan ibu sendiri.

Bila karena suatu sebab bayi tidak menyusu dari payudara ibu, hal itu tidak berarti ibu bisa mengabaikan begitu saja. Jangan berpikiran bahwa susu dalam botol merupakan segalanya bagi bayi. Kasih sayang, dekapan, dan perhatian ibu tetap dibutuhkannya. Saat memberi susu botol kepada bayi,sebaiknya ibu selalu mendekapnya, tersenyum, dan bicara kepadanya, sama seperti yang ibu lakukan bila sedang menyusuinya.

Selain itu, pada usia ini bayi mulai suka menyembur-nyemburkan atau memuntahkan makanannya, disamping kemungkinan karena ia mulai tumbuh gigi, iapun mulai suka bereksplorasi dengan makanannya. Ia suka memegang, membaui, atau mengeluarkan makanannya dari mulutnya untuk diamati, kemudian dimakannya lagi. Orangtua umumnya tidak menyukai hal ini, disamping makanan berceceran, juga khawatir hanya sedikit makanan yang dimakan bayi. Disini sering timbul masalah sulit makan, anak menjadi rewel tidak mau makan karena kebutuhannya untuk bereksplorasi tidak terpenuhi.

Fisik bayi bisa mengatur kebutuhannya sendiri, kalau bayi tidak mau makan berarti kebutuhannya telah terpenuhi. Pada dasarnya, tidak setiap waktu makan bayi harus mengkon-sumsi makanan lengkap gizi, karena kecukupan pemasukan gizi yang dibutuhkan dapat diatur dalam waktu makannya selama seminggu. Pemaksaan akan membuat suasana makan menjadi tidak menyenangkan, baik bagi bayi maupun ibu. Selanjutnya juga akan mengaki-batkan bayi mengidentikkan waktu makan de-ngan ‘siksaan’, sehingga acara makan menjadi semakin sulit bagi keduanya.

Memasuki usia satu tahun, bayi dapat menunjukkan keinginan-keinginan dalam hal makanan. Ada kalanya ia menyukai satu jenis makanan saja dan menolak makanan lainnya. Tak perlu khawatir, tapi usahakan mencari makanan pengganti untuk makanan yang tidak disukai bayi. Ini pentingnya memperkenalkan makanan yang bervariasi pada anak sejak usia dini.

Memasuki usia dua tahun, kebutuhan anak untuk bereksplorasi semakin besar. Makan bukan lagi menjadi perhatian utamanya, ia lebih senang berlari kian kemari dibandingkan harus duduk diam untuk makan. Tidak jarang anak jadi rewel apabila waktu makan tiba. Meskipun lapar, ia menolak untuk makan karena ia menganggap kegiatan makan akan menghambat kegiatannya untuk mengamati dunia sekitarnya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan waktu dan kesabaran. Biarkan anak makan sendiri, tetapi ibu tetap mengawasi. Anak diberi peralatan makannya sendiri dan beri sedikit makanan di piringnya. Sementara itu, ibu menyuapinya dengan porsi makanan yang sebenarnya. Dengan demikian kebutuhan anak untuk bereksplorasi terpenuhi dan ibu tetap bisa memberi masukan gizi yang dibutuhkan.

Memasuki usia ke tiga, anak mulai memasuki masa ‘negativistik’ sampai usia 4 tahun, yaitu menolak makan karena menun-jukkan ke’aku’annya. Pada masa ini, makanan yang ditawarkan kepadanya cenderung ditolak-nya. Dalam hal ini, sajikan makanan semenarik mungkin, sehingga anak tertarik untuk mema-kannya. Usahakan waktu makan ibu bersamaan dengan waktu makan anak. Melihat ibu makan, dan merasakan suasana santai di meja makan dapat membuat anak bersemangat untuk ikut makan. Mengajaknya makan bersama biasanya lebih berhasil daripada menyuruhnya makan sendiri, atau menyuapi sambil mengikuti kemana anak pergi, apalagi menyuapi sambil diselingi melakukan pekerjaan lain. Bila mempunyai dua atau tiga anak, buatlah mereka makan bersama-sama, biasanya mereka lebih bersemangat untuk makan.

Pada saat lainnya, anak mungkin tidak mau makan karena memang ia tidak lapar. Mungkin ia terlalu banyak mengkonsumsi makanan selingan sebelum waktu makan, sehingga tidaklah tepat untuk menuntutnya makan dengan lahap. Kelelahan kadang-kadang juga membuat anak sulit makan. Pada keadaan ini lebih baik beri ia segelas susu, dan biarkan ia tidur atau beristirahat dulu. Buatlah jadwal yang mengatur kapan waktu anak untuk bermain, beristirahat dan makan.

Kadang anak bosan dengan satu jenis makanan sehingga menjadi sulit makan. Seperti orang dewasa, anak juga mempunyai rasa suka atau tidak suka terhadap jenis makanan tertentu. Disinilah pentingnya mengenalkan jenis makanan yang bervariasi pada anak, sehingga bila anak bosan dengan satu jenis makanan dapat segera dicarikan alternatif makanan lain penggantinya dengan variasi me-nu yang menarik.

Beberapa anak sulit makan dengan hadirnya seorang adik. Hal ini terjadi karena ia takut kehilangan perhatian dan ingin lebih diperhatikan oleh orangtuanya. Sebaiknya orangtua tetap sabar dan tenang. Pada saat anak rewel, tundalah dulu pemberian makan dan coba menenangkan dengan cara memberi perhatian lebih banyak kepadanya. Setelah itu coba lagi memberinya makan. Ada baiknya orangtua introspeksi diri. Apakah anak cukup diberikan kebutuhannya, bukan saja dari segi materi, namun juga segi psikologis ? Cobalah untuk lebih sering memberikan peluk-an, ciuman, dan dekapan pada anak. Seringlah melakukan kegiatan bersama anak, misal membaca buku bersama, bermain, atau berjalan-jalan. Dengan demikian anak tidak mencari perhatian orangtuanya dengan tingkah laku yang menjengkelkan.



Dampak kesulitan makan pada anak

Kesulitan makan yang sederhana, seperti yang terdapat ketika seorang anak sedang yang sedang menderita sakit yang akut, belum tentu menunjukkan dampak yang berarti bagi kesehatan maupun tumbuh kembang anak. Pada kasus tertentu mungkin hanya merupakan suatu kekhawatiran saja pada orangtua, karena persepsi yang kurang tepat tentang kesulitan makan yang sedang dihadapinya.

Kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak negatif pada keadaan kesehatan anak, keadaan tumbuh kembang dan aktivitas sehari-harinya. Dampak kesulitan makan pada umumnya merupakan akibat gangguan masukan zat gizi yang terjadi. Beberapa macam zat gizi, berapa berat kekurangannya , jangka waktu singkat atau lama. Contoh pada anak yang tidak mau atau tidak dapat makan untuk beberapa hari saja mungkin terjadi keadaan depresi energi yang akut (hipoglikemia), tanpa gejala yang nyata atau dengan gejala berkeringat dingin, bahkan pingsan dan kejang-kejang. Jika anak hanya tidak menyukai jenis makanan tertentu, misalnya tidak suka sayuran atau buah-buahan, mungkin terjadi kekurangan vitamin A. Jika hanya mengkonsumsi cukup banyak susu murni saja, mungkin terjadi anemia defisiensi besi yang selanjutnya mungkin berdampak negatif terhadap kekebalan dan kecerdasan otak.

Jika jumlah masukan makanan sumber energi dan protein kurang untuk jangka waktu lama, mungkin terjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang pada masa muda disebut gagal tumbuh (failure to thrive). Sedangkan pada bayi yang lebih tua dan anak balita dapat terjadi penyakit malnutrisi energi protein (MEP) atau kurang kalori (energi) protein (KKP/KEP).

Prev: Masalah Kekurangan Zat Besi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar